Rabu, 29 April 2015

Sejarah Pemerintahan ORDE Bar



MAKALAH
SEJARAH
( Pemerintahan Orde Baru )



Disusun oleh:


BAB I
PENDAHULUAN

A.  LATAR BELAKANG

·         Orde baru merupakan sebuah istilah yang digunakan untuk memisahkan antara kekuasaanmasa Sukarno (Orde Lama) dengan masa Suharto. Sebagai masa yang menandai sebuah masa baru setelah pemberontakan Gerakan 30 September tahun 1965. Orde baru lahir sebagai upayauntuk: mengoreksi total penyimpangan yang dilakukan pada masa Orde Lama, penataan kembali seluruh aspek kehidupan rakyat, bangsa, dan negara Indonesia,melaksanakan Pancasila dan UUD1945 secara murni dan konsekuen dan menyusun kembali kekuatan bangsa untuk menumbuhkan stabilitas nasional guna mempercepat proses pembangunan bangsa.
·         Setelah Orde Baru memegang talpuk kekuasaan dan mengendalikan pemerintahan, muncul suatu keinginan untuk terus-menerus mempertahankan status quo. Hal ini menimbulkan ekses-ekses negative, yaitu semakin jauh dari tekad awal Orde Baru tersebut. Akhirnya berbagai macam penyelewengan dan penyimpangan dari nilai-nilai Pancasila dan ketentuan-ketentuan yang terdapat pada UUD 1945, banyak dilakukan oleh pemerintah Orde Baru. Penyelewengan dan penyimpangan yang dilakukannya itu direkayasa untuk melindungi kepentingan penguasa, sehingga hal tersebut selalu dianggap sah dan benar, walaupun merugikan rakyat.



BAB II
Permasalahan

 RUMUSAN MASALAH

1.         Apa pengertian Masa Pemerintahan Orde Baru?
2.         Apakah yang melatar belakangi lahirnya Masa Pemerintahan Orde Baru?
3.         Bagaimana kehidupan politik pada Masa Pemerintahan Orde Baru?
4.         Kebijakan – kebijakan apa saja yang muncul pada masa Orde Baru ?




BAB III
PEMBAHASAN

A.  Pengertian Masa Pemerintahan Orde Baru

Orde Baru adalah suatu tatanan seluruh perikehidupan rakyat, bangsa dan
negara yang diletakkan kembali kepada pelaksanaan Pancasila dan UUD 1945
secara murni dan konsekuen. Dengan kata lain, Orde Baru adalah suatu orde
yang mempunyai sikap dan tekad untuk mengabdi pada kepentingan rakyat
dan nasional dengan dilandasi oleh semangat dan jiwa Pancasila serta UUD
1945.

B.  Latar Belakang Lahirnya Masa Pemerintahan Orde Baru

1.    Terjadinya peristiwa Gerakan 30 September 1965.
2.    Keadaan politik dan keamanan negara menjadi kacau karena peristiwa Gerakan 30 September 1965 ditambah adanya konflik di angkatan darat yang sudah berlangsung lama.
3.    Keadaan perekonomian semakin memburuk dimana inflasi mencapai 600% sedangkan upaya pemerintah melakukan devaluasi rupiah dan kenaikan harga bahan bakar menyebabkan timbulnya keresahan masyarakat.
4.    Reaksi keras dan meluas dari masyarakat yang mengutuk peristiwa pembunuhan besar-besaran yang dilakukan oleh PKI. Rakyat melakukan demonstrasi menuntut agar PKI berserta Organisasi Masanya dibubarkan serta tokoh-tokohnya diadili.
5.    Kesatuan aksi (KAMI,KAPI,KAPPI,KASI,dsb) yang ada di masyarakat bergabung membentuk Kesatuan Aksi berupa “Front Pancasila” yang selanjutnya lebih dikenal dengan “Angkatan 66” untuk menghacurkan tokoh yang terlibat dalam Gerakan 30 September 1965.
6.    Kesatuan Aksi “Front Pancasila” pada 10 Januari 1966 di depan gedung DPR-GR mengajukan tuntutan ”TRITURA” (Tri Tuntutan Rakyat) yang berisi :
- Pembubaran PKI berserta Organisasi Massanya
    - Pembersihan Kabinet Dwikora
    - Penurunan Harga-harga barang.
7.    Upaya reshuffle kabinet Dwikora pada 21 Februari 1966 dan Pembentukan Kabinet Seratus Menteri tidak juga memuaskan rakyat sebab rakyat menganggap di kabinet tersebut duduk tokoh-tokoh yang terlibat dalam peristiwa Gerakan 30 September 1965.
8.    Wibawa dan kekuasaan presiden Sukarno semakin menurun setelah upaya untuk mengadili tokoh-tokoh yang terlibat dalam peristiwa Gerakan 30 September 1965 tidak berhasil dilakukan meskipun telah dibentuk Mahkamah Militer Luar Biasa(Mahmilub).
9.    Sidang Paripurna kabinet dalam rangka mencari solusi dari masalah yang sedang bergejolak tak juga berhasil. Maka Presiden mengeluarkan Surat Perintah Sebelas Maret 1966 (SUPERSEMAR) yang ditujukan bagi Letjen Suharto guna mengambil langkah yang dianggap perlu untuk mengatasi keadaan negara yang semakin kacau dan sulit dikendalikan.

C.  Kehidupan Politik Pada Masa Orde Baru

a.         Penataan politik dalam negeri

1. Pembentukan Kabinet Pembangunan
     Kabinet awal pada masa peralihan kekuasaan (28 Juli 1966) adalah Kabinet AMPERA dengan tugas yang dikenal dengan nama Dwi Darma Kabinet Ampera yaitu untuk menciptakan stabilitas politik dan ekonomi sebagai persyaratan untuk melaksanakan pembangunan nasional. Program Kabinet AMPERA yang disebut Catur Karya Kabinet AMPERA adalah sebagai berikut:
1. Memperbaiki kehidupan rakyat terutama di bidang sandang dan pangan.
2. Melaksanakan pemilihan Umum dalam batas waktu yakni 5 Juli 1968.
3. Melaksanakan politik luar negeri yang bebas aktif untuk kepentingan   nasional.
4. Melanjutkan perjuangan anti imperialisme dan kolonialisme dalam segala bentuk dan manifestasinya.
Selanjutnya setelah sidang MPRS tahun 1968 menetapkan Suharto sebagai presiden untuk masa jabatan 5 tahun maka dibentuklah kabinet yang baru dengan nama Kabinet Pembangunan dengan tugasnya yang disebut dengan Pancakrida, yang meliputi :
*Penciptaan stabilitas politik dan ekonomi
*Penyusunan dan pelaksanaan Rencana Pembangunan Lima Tahun Tahap pertama
*Pelaksanaan Pemilihan Umum
*Pengikisan habis sisa-sisa Gerakan 3o September
*Pembersihan aparatur negara di pusat pemerintahan dan daerah dari pengaruh PKI.
2. Pembubaran PKI dan Organisasi masanya
Suharto sebagai pengemban Supersemar guna menjamin keamanan, ketenangan, serta kestabilan jalannya pemerintahan maka melakukan :
*Pembubaran PKI pada tanggal 12 Maret 1966 yang diperkuat dengan dikukuhkannya Ketetapan MPRS No. IX Tahun 1966..
*Dikeluarkan pula keputusan yang menyatakan bahwa PKI sebagai organisasi terlarang di Indonesia.
*Pada tanggal 8 Maret 1966 dilakukan pengamanan 15 orang menteri yang dianggap terlibat Gerakan 30 September 1965. Hal ini disebabkan muncul keraguan bahwa mereka tidak hendak membantu presiden untuk memulihkan keamanan dan ketertiban.
3. Penyederhanaan dan Pengelompokan Partai Politik
Setelah pemilu 1971 maka dilakukan penyederhanakan jumlah partai tetapi bukan berarti menghapuskan partai tertentu sehingga dilakukan penggabungan (fusi) sejumlah partai. Sehingga pelaksanaannya kepartaian tidak lagi didasarkan pada ideologi tetapi atas persamaan program. Penggabungan tersebut menghasilkan tiga kekuatan sosial-politik, yaitu :
a. Partai Persatuan Pembangunan (PPP) merupakan fusi dari NU, Parmusi, PSII, dan Partai Islam Perti yang dilakukan pada tanggal 5 Januari 1973 (kelompok partai politik Islam)
b.Partai Demokrasi Indonesia (PDI), merupakan fusi dari PNI, Partai Katolik, Partai Murba, IPKI, dan Parkindo (kelompok partai politik yang bersifat nasionalis).
c.Golongan Karya (Golkar)
4. Pemilihan Umum

Selama masa Orde Baru telah berhasil melaksanakan pemilihan umum sebanyak enam kali yang diselenggarakan setiap lima tahun sekali, yaitu: tahun 1971, 1977, 1982, 1987, 1992, dan 1997.
Penyelenggaraan Pemilu yang teratur selama Orde Baru menimbulkan kesan bahwa demokrasi di Indonesia sudah tercipta. Apalagi pemilu itu berlangsung secara tertib dan dijiwai oleh asas LUBER(Langsung, Umum, Bebas, dan Rahasia).Kenyataannya pemilu diarahkan pada kemenangan peserta tertentu yaitu Golongan Karya (Golkar) yang selalu mencolok sejak pemilu 1971-1997. Kemenangan Golkar yang selalu mendominasi tersebut sangat menguntungkan pemerintah dimana terjadi perimbangan suara di MPR dan DPR. Perimbangan tersebut memungkinkan Suharto menjadi Presiden Republik Indonesia selama enam periode pemilihan. Selain itu, setiap Pertangungjawaban, Rancangan Undang-undang, dan usulan lainnya dari pemerintah selalu mendapat persetujuan dari MPR dan DPR tanpa catatan.
5. Peran Ganda ABRI
Guna menciptakan stabilitas politik maka pemerintah menempatkan peran ganda bagi ABRI yaitu sebagai peran hankam dan sosial. Sehingga peran ABRI dikenal dengan Dwifungsi ABRI. Peran ini dilandasi dengan adanya pemikiran bahwa TNI adalah tentara pejuang dan pejuang tentara. Kedudukan TNI dan Polri dalam pemerintahan adalah sama di lembaga MPR/DPR dan DPRD mereka mendapat jatah kursi dengan pengangkatan. Pertimbangan pengangkatannya didasarkan pada fungsi stabilisator dan dinamisator.
6. Pemasyarakatan P4

Pada tanggal 12 April 1976, Presiden Suharto mengemukakan gagasan mengenai pedoman untuk menghayati dan mengamalkan Pancasila yaitu gagasan Ekaprasetia Pancakarsa. Gagasan tersebut selanjutnya ditetapkan sebagai Ketetapan MPR dalam sidang umum tahun 1978 mengenai “Pedoman Penghayatan dan Pengamalan Pancasila” atau biasa dikenal sebagai P4.
Guna mendukung program Orde baru yaitu Pelaksanaan Pancasila dan UUD 1945 secara murni dan konsekuen maka sejak tahun 1978 diselenggarakan penataran P4 secara menyeluruh pada semua lapisan masyarakat.
Tujuan dari penataran P4 adalah membentuk pemahaman yang sama mengenai demokrasi Pancasila sehingga dengan pemahaman yang sama diharapkan persatuan dan kesatuan nasional akan terbentuk dan terpelihara. Melalui penegasan tersebut maka opini rakyat akan mengarah pada dukungan yang kuat terhadap pemerintah Orde Baru.
Pelaksanaan Penataran P4 tersebut menunjukkan bahwa Pancasila telah dimanfaatkan oleh pemerintahan Orde Baru. Hal ini tampak dengan adanya himbauan pemerintah pada tahun 1985 kepada semua organisasi untuk menjadikan Pancasila sebagai asas tunggal. Penataran P4 merupakan suatu bentuk indoktrinasi ideologi sehingga Pancasila menjadi bagian dari sistem kepribadian, sistem budaya, dan sistem sosial masyarakat Indonesia.
7. Mengadakan Penentuan Pendapat Rakyat (Perpera) di Irian Barat dengan disaksikan oleh wakil PBB pada tanggal 2 Agustus 1969.

b. Penataan politik luar negeri

Di samping membina stabilitas politik dalam negeri, Pemerintah Orde Baru juga mengadakan perubahan-perubahan dalam politik luar negeri. Berikut ini upaya-upaya pembaharuan dalam politik luar negeri:
1. Indonesia Kembali Menjadi Anggota PBB
Indonesia kembali menjadi anggota PBB dikarenakan adanya desakan dari komisi bidang pertahanan keamanan dan luar negeri DPR GR terhadap pemerintah Indonesia. Pada tanggal 3 Juni 1966 akhirnya disepakati bahwa Indonesia harus kembali menjadi anggota PBB dan badan-badan internasional lainnya dalam rangka menjawab kepentingan nasional yang semakin mendesak. Keputusan untuk kembali ini dikarenakan Indonesia sadar bahwa ada banyak manfaat yang diperoleh Indonesia selama menjadi anggota PBB pada tahun 1950-1964. Indonesia secara resmi akhirnya kembali menjadi anggota PBB sejak tanggal 28 Desember 1966.
Kembalinya Indonesia mendapat sambutan baik dari sejumlah negara Asia bahkan dari pihak PBB sendiri hal ini ditunjukkan dengan ditunjuknya Adam Malik sebagai Ketua Majelis Umum PBB untuk masa sidang tahun 1974. Kembalinya Indonesia menjadi anggota PBB dilanjutkan dengan tindakan pemulihan hubungan dengan sejumlah negara seperti India, Filipina, Thailand, Australia, dan sejumlah negara lainnya yang sempat remggang akibat politik konfrontasi Orde Lama.
2. Membekukan hubungan diplomatik dengan Republik Rakyat Cina (RRC)
Sikap politik Indonesia yang membekukan hubungan diplomatik dengan RRC disebabkan pada masa G 30 S/PKI, RRC membantu PKI dalam melaksanakan kudeta tersebut. RRC dianggap terlalu mencampuri urusan dalam negeri Indonesia.
3. Normalisasi hubungan dengan beberapa negara
a. Pemulihan hubungan dengan Singapura
Sebelum pemulihan hubungan dengan Malaysia Indonesia telah memulihkan hubungan dengan Singapura dengan perantaraan Habibur Rachman (Dubes Pakistan untuk Myanmar). Pemerintah Indonesia menyampikan nota pengakuan terhadap Republik Singapura pada tanggal 2 Juni 1966 yang disampikan pada Perdana Menteri Lee Kuan Yew. Akhirnya pemerintah Singapurapun menyampikan nota jawaban kesediaan untuk mengadakan hubungan diplomatik.
b.Pemulihan hubungan dengan Malaysia
Normalisasi hubungan Indonesia dan Malaysia dimulai dengan diadakan perundingan di Bangkok pada 29 Mei-1 Juni 1966 yang menghasilkan perjanjian Bangkok, yang berisi:
*Rakyat Sabah diberi kesempatan menegaskan kembali keputusan yang telah mereka ambil mengenai kedudukan mereka dalam Federasi Malaysia.
*Pemerintah kedua belah pihak menyetujui pemulihan hubungan diplomatik.
Tindakan permusuhan antara kedua belah pihak akan dihentikan.
*Peresmian persetujuan pemulihan hubungan Indonesia-Malaysia oleh Adam Malik dan Tun Abdul Razak dilakukan di Jakarta tanggal 11 agustus 1966 dan ditandatangani persetujuan Jakarta (Jakarta Accord). Hal ini dilanjutkan dengan penempatan perwakilan pemerintahan di masing-masing Negara.
Peran aktif Indonesia juga ditunjukkan dengan menjadi salah satu negara pelopor berdirinya ASEAN. Menteri Luar Negeri Indonesia Adam Malik bersama menteri luar negeri/perdana menteri Malaysia, Filipina, Singapura, dan Thailand menandatangi kesepakatan yang disebut Deklarasi Bangkok pada tanggal 8 Agustus 1967. Deklarasi tersebut menjadi awal berdirinya organisasi ASEAN.

D. KEBIJAKAN-KEBIJAKAN ORDE BARU

Kebijakan Ekonomi

·         Pemerintah Orde Baru pada tanggal 1 Januari 1967 memberlakukan Undang-Undang Penanaman Modal Asing (PMA) dan Undang-Undang Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN) pada tanggal 3 Juli 1968 sebagai UU. No. 6 tahun 1968
·         Pemerintahan Orde Baru memutuskan untuk menerapkan tiga langkah pembangunan ekonomi berikut pada masa awal pemerintahannya.:
1.     Menjadwalkan kembali pelunasan utang luar negeri sebagai langkah awal untuk mengembalikan kepercayaan pihak luar negeri.
2.    Mengendalikan inflasi yang tak terkontrol melalui program impor komoditi besar-besaran yang di biayai oleh pinjaman-pinjaman hasil re-negoisasi.
3.    Mengundang investasi sebesar-besarnya, terutama investasi asing, untuk mendorong pertumbuhan ekonomi 

·     Setelah itu dikeluarkan ketetapan MPRS No.XXIII/MPRS/1966 tentang Pembaruan Kebijakan ekonomi, keuangan dan pembangunan. Lalu Kabinet AMPERA membuat kebijakan mengacu pada Tap MPRS tersebut adalah sebagai berikut.
a)         Mendobrak kemacetan ekonomi  dan memperbaiki sektor-sektor yangmenyebabkan kemacetan, seperti :
a.         Rendahnya penerimaan Negara 
b.         Tinggi dan tidak efisiennya pengeluaran Negara.
c.         Terlalu banyak dan tidak produktifnya ekspansi kredit bank 
d.                     Terlalu banyak tunggakan hutang luar negeri penggunaan devisa bagi impor yang sering kurang berorientasi pada kebutuhan prasarana.
b)         Debirokratisasi untuk memperlancar kegiatan perekonomian.
c)         Berorientasi pada  kepentingan produsen kecil

Kebijakan Pembangunan

A.   Trilogi Pembangunan adalah sebagai berikut.

1.       Pemerataan pembangunan dan hasil-hasilnya menuju kepada terciptanya keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.
2.        Pertumbuhan ekonomi yang cukup tinggi.
3.        Stabilitas nasional yang sehat dan dinamis.

B.    Asas-Asas Pembangunan

1.     Asas manfaat
2.    Asas usaha bersama
3.    Asas demokrasi
4.    Asas adil dan merata
5.    Asas peri kehidupan dan keseimbangan
6.    Asas kesadaran hokum
7.    Asas kepercayaan diri

C.    Modal Dasar Pembangunan

a.   Kemerdekaan dan kedaulatan bangsa
b.   Kedudukan geografi
c.   Sumber-sumber kekayaan alam
d.   Jumlah penduduk
e.   Modal Rohaniah dan mental
f.   Modal budaya
g.  Potensi efektif bangsa
h.  Angkatan bersenjata

D.   Faktor-faktor Dominan dalam Pembangunan

a)         Faktor demografi dan social budaya
b)         Faktor geografi,hidrologi,geologi dan topologi
c)         Faktor Klimatologi
d)         Faktor flora dan fauna
e)         Faktor kemungkinan dan pengembangan

Kebijakan Luar Negeri

a)         Indonesia menjadi Anggota PBB
b)         Normalisasi Hubungan Indonesia dengan Malaysia
c)         Pembentukan ASEAN
d)         Konsep SEANWFZ
e)          Keikutsertaan Indonesia dalam berbagai organisasi Internasional
1)         Organization of Petroleum Exporting Countries (OPEC)
2)         Organisasi Konferensi Islam (OKI)
3)         Concultative Group on Indonesia (CGI)
4)         Asia Pasific Economic Cooperation (APEC)


BAB IV
PENUTUP

* A.  Kesimpulan
1.         Lahirnya  orde baru  dilatarbelakangi oleh terjadinya G30S 1965, diikuti dengan kondisi politik, keamanan dan ekonomi yang kacau (inflasi tinggi). Wibawa presiden Sukarno semakin menurun setelah gagal mengadili tokoh-tokoh yang terlibat G30S. Presiden mengeluarkan SUPERSEMAR 1966 bagi Letjen Suharto guna mengambil langkah yang dianggap perlu untuk memperbaiki keadaan negara. Akhirnya Presiden Sukarnomengundurkan diri dan digantikan oleh Presiden Suharto.
2.         Perkembangan politik pada masa orde baru diawali dari penataan politik dalam negeri yaitu setelah sidang MPRS 1968 menetapkan Suharto sebagai presiden dan dibentuklah Kabinet Pembangunan, penyederhanaan dan pengelompokan partai politik, pemilihan umum serta mengadakan Perpera di Irian Barat pada 2 Agustus 1969. Kedua, melakukan penataan politik luar negeri yaitu dengan kembali menjadi anggota PBB serta normalisasi hubungan dengan beberapa negara.
3.         Surat perintah sebelas maret ( supersemar ) yang dimandatkan presiden soekarno kepada soeharto merupakan tonggak lahirnya orde baru,mengingat terancamnya stabilitas dan keamanan negara,dilihat dari kabinet dwikora yang disempurnakan banyak diduduki oleh para menteri dari PKI,sehingga masa dari barisan front pancasila melakukan demonstrasi dan mendesak dengan tuntutan rakyat ( trikora ).dengan itu soeharto mengambil alih kekuasaan untuk melaksanakan stabilitas dan keamanan negara dari supersemar.

B. Saran
            Dengan permasalahan yang dialamai oleh pemerintahan pada masa Orde Baru, seperti dengan banyaknya uatang luar negri bangsa indonesia untuk pembangunan, meskipun pembangunan berjalan dengan lancar, tapi inonesia menanggung utang yang begitu banyak. Selain itu, pemerintah pada zaman tersebut terjadi sentralisasi dalam pemerintahan dan kegiatan ekonomi.
            Oleh karena itu penulis memberikan salah terhada permasalah tersebut. Yaitu lakukan otonomi daerah kepada seluruh propinsi,sehingga potensi-potensi yang ada pada dareah tersebut bisa dioptimalkan dengan seefisien mungkin. Harus terjadi transparansi dalam sistem keuangan sehingga masyarakat bisa mengerti
.
DAFTAR PUSTAKA


·                 http://sistem-pemerintahan-orde-baru.html
·                 http://lahirnya-reformasi-dan-jatuhnya-masa.html




Sejarah Agama Hindu di indonesia


MAKALAH 
SEJARAH AGAMA HINDU DI INDONESIA



BAB III
PEMBAHASAN


Tidak bisa dipungkiri bahwa Agama Hindu tidak terlepas dari peradaban zaman India Kuno pada waktu itu. Peradaban yang dilatarbelakangi oleh adat istiadat dn kepercayaan-kepercayaan, sungguh menjadi khazanah wawasan keagamaan tersendiri bagi agama Hindu dan pemeluknya. 

Agama Hindu merupakan salah satu contoh agama yang kami angkat tema pada kali ini merupakan hasil dari sejarah. Dari pada itu sejarah merupakan hal yang mendasari segala aspek kehidupan. Pada kali ini kami ingin memaparkan secara sederhana tentang asal-usul Agama Hindu. Semoga dapat bermanfaat bagi kita semua. 

Asal-usul Agama Hindu dan Pembawanya 
Agama Hindu (Bahasa Sanskerta: Sanātana Dharma सनातन धर्म "Kebenaran Abadi", dan Vaidika-Dharma ("Pengetahuan Kebenaran") adalah sebuah agama yang berasal dari anak benua India. Agama ini merupakan lanjutan dari agama Weda (Brahmanisme) yang merupakan kepercayaan bangsa Indo-Iran (Arya). 

Agama ini diperkirakan muncul antara tahun 3102 SM sampai 1300 SM dan merupakan agama tertua di dunia yang masih bertahan hingga kini. Agama ini merupakan agama ketiga terbesar di dunia setelah agama Kristen dan Islam dengan jumlah umat sebanyak hampir 1 miliar jiwa. Dalam bahasa Persia, kata Hindu berakar dari kata Sindhu (Bahasa Sanskerta).

Dalam Reg Weda, bangsa Arya menyebut wilayah mereka sebagai Sapta Sindhu (wilayah dengan tujuh sungai di barat daya anak benua India, yang salah satu sungai tersebut bernama sungai Indus). Hal ini mendekati dengan kata Hapta-Hendu yang termuat dalam Zend Avesta (Vendidad: Fargard 1.18) — sastra suci dari kaum Zoroaster di Iran. Pada awalnya kata Hindu merujuk pada masyarakat yang hidup di
wilayah sungai Sindhu. Hindu sendiri sebenarnya baru terbentuk setelah Masehi ketika beberapa kitab dari Weda digenapi oleh para brahmana. Pada zaman munculnya agama Buddha, agama Hindu sama sekali belum muncul semuanya masih mengenal sebagai ajaran Weda. 

 Agama Hindu sebagaimana nama yang dikenal sekarang ini, pada awalnya tidak disebut demikian, bahkan dahulu ia tidak memerlukan nama, karena pada waktu itu ia merupakan agama satu-satunya yg ada di muka bumi. Sanatana Dharma adalah nama sebelum nama Hindu diberikan. Sanatana dharma yang memiliki makna "kebenaran yg kekal abadi" dan jauh belakangan setelah ada agama-agama lainnya barulah ia diberi nama untuk membedakan antara satu dengan yang lainnya. Sanatana dharma pada zaman dahulu kala dianut oleh masyarakat di sekitar lembah sungai shindu, penganut Weda ini disebut oleh orang-orang Persia sebagai orang indu (tanpa kedengaran bunyi s), selanjutnya lama-kelamaan nama indu ini menjadi Hindu. Sehingga sampai sekarang penganut sanatana dharma disebut Hindu. 

Agama hindu adalah suatu kepercayaan yang didasarkan pada kitab suci yang disebut Weda. Weda diyakini sebagai pengetahuan yang tanpa awal tanpa akhir dan juga dipercayai keluar dari nafas Tuhan bersamaan dengan terciptanya dunia ini. Karena sifat ajarannya yng kekal abadi tanpa awal tanpa akhir maka ia disebut sanatana dharma. Apabila membahas tentang Agama Hindu, kita harus mengetahui sejarah tempat munculnya agama tersebut. India adalah sebuah Negara yang penuh dengan rahasia dan cerita dongeng, masyarakatnya berbangsa-bangsa dan berkasta-kasta, malah ada masyarakat dalam masyarakat, serta sungguh banyak ditemui agama-agama. Bahasa dan warna kulit pun bermacam-macam. 

Pembicaraan mengenai India berarti adalah pembicaraan yang bercabang-cabang. Dipandang dari sudut ethnologi, India adalah tanah yang beraneka penduduknya, dan akibatnya orang dapat melihat kebudayaan yang beraneka pula. Semuanya ini tercermin dalam agamanya. Oleh karena itu barangsiapa mulai mempelajari agama Hindu ia akan segera merasa terlibat dalam sejumlah ajaran-ajaran, sehingga hampir tidak dapat menemukan jalan untuk mengadakan penyelidikan. Sepanjang orang dapat menyelidikinya, maka sejarah kebudayaan India mulai pada zaman perkembangan kebudayaan-kebudayaan yang besar di Mesopotamia dan Mesir. Antara 3000 dan 2000 tahun sebelum Masehi, rupa-rupanya di lembah sungai Sindhu (Indus) tinggallah bangsa-bangsa yang peradabannya menyerupai kebudayaan bangsa Sumeria di daerah sungai Efrat dan Tigris. Berbagai cap daripada gading dan tembikar yang ada tanda-tanda tulisan dan lukisan-lukisan binatang, menceritakan kepada kita bahwa di dalam zaman itu di sepanjang pantai dari Laut Tengah sampai ke Teluk Benggala terdapat sejenis peradaban yang sama dan yang sudah meningkat pada perkembangan yang tinggi. Sisa-sisa kebudayaan tersebut terutama terdapat di dekat kota Harappa di Punjab dan di sebelah utara Karachi. Bahkan disitu diketemukan sisa-sisa sebuah kota, Mohenjodaro namanya, di mana ternyata orang telah mempunyai rumah-rumah yang berdinding tebal dan bertangga. 

Penduduk India pada zaman itu terkenal sebagai bangsa Drawida. Mula-mula mereka tinggal tersebar di seluruh negeri, tetapi lama-kelamaan hanya tinggal di sebelah selatan dan memrintah negerinya sendiri, karena mereka di sebelah utara hidup sebagai orang taklukkan dan bekerja pada bangsa-bangsa yang merebut negeri itu. Mereka adalah bangsa yang berkulit hitam dan berhidung pipih, berperawakan kecil dan berambut keriting. Nama India diambil dari sungai Indus. Perkataan Ind dan Hindu keduanya berarti bumi yang terletak di belakang Sungai Indus, dan penduduknya dinamakan orang-orang India atau orang-orang Hindu. 

Mengenai penamaan Negara India, Gustav Le Bon berkata: “Orang-orang Barat berpendapat bahwa nama Sungai Indus telah dipinjamkan kepada negara yang mengandung berbagai rahasia yang terletak di sebelah belakangnya. Alasan ini tidak diterimanya bulat-bulat sebab nama India itu harus diambil dari nama Tuhan Indra.” Peradaban India telah berlangsung lama. Negara india telah menghasilkan beberapa Filosof agung sebelum Socrates dilahirkan. Di Negara India ini sudah tersebar tanda-tanda ilmu pengetahuan dan bangunan-bangunan yang megah pada suatu masa dahulu ketika Kepulauan Inggris masih dalam keadaan terbelakang. India adalah negara yang penuh dengan keajaiban dan pertentangan, hingga boleh dianggap sebagai sebuah Negara yang mengandung negara-negara. India adalah salah satu pusat peradaban kuno di dunia. 

Dalam hal ini, India menandingi Mesir, Cina, Assyria, dan Bailonia. Tetapi, peradaban India yang mendahului zaman Arya hanya baru dapat diketahui dan ditemukan dengan pengungkapan-pengungkapan baru dalam tingkatan kemajuan yang pernah dicapai oleh India dalam bidang arsitektur, pertanian, dan kemasyarakatan sejak masa 300 tahun SM, yaitu 1500 tahun sebelum kedatangan bangsa Arya. Antara 2000 dan 1000 tahun SM masuklah ke India dari sebelah utara kaum Arya, yang memisahkan diri dari kaum sebangsanya di Iran dan yang memasuki India melalui jurang-jurang di pegunungan Hindu-Kush. Bangsa Arya itu serumpun dengan bangsa Jerman, Yunani dan Romawi dan bangsa-bangsa lainnya di Eropa dan Asia. Mereka tergolong dalam apa yang kita sebut rumpun-bangsa Indo-German. Hinduisme dapat disamakan dengan rimba raja yang penuh dengan pohon-pohonan, tanam-tanaman, tumbuh-tumbuhan dan kembang-kembangan, pendeknya suatu serba ragam yang sulit sekali. Karena Hinduisme memperlihatkan berbagai bentuk dan bermacam-macam gejala-gejala agama. Suatu penyampuradukkan dari pada tokoh-tokoh dewa, bentuk-bentuk kultur, sel-sel agama dan mazhab-mazhab agama berdasarkan filsafat. 

Suatu perbedaan yang rumit antara pernyataan-pernyataan mistik yang sangat murni dan luhur atau pernyataan cinta yang mesra terhadap dewata pemurah yang tunggal dan bentuk-bentuk keagamaan dimana nafsu-nafsu manusia yang rendah dengan sejarah kasar menampakkan dirinya. Gambaran yang diberikan Hinduisme dalam keseluruhannya memang beraneka warna dan mengacaukan. Pesan pertama yang kita dapat ialah bahwa dalam Hinduisme boleh dikatakan terhimpun seluruh sejarah agama dengan segala ragam dan bentuk kesalahannya. Tetapi hal ini justru menambah kesulitan untuk mencoba apa yang mau dilakukan dalam karangan ini, yaitu menggambarkan Hinduisme secara ringkas. Kendati demikian kita harus mencoba membentuk pengertian tentang wujud Hinduisme. Biarpun kita tak dapat berbuat lebih dari pada hanya memberikan sesuatu gambaran dalam garis-garis besar dengan harapan semoga gambaran ini menyerupainya. Hinduisme ialah agama dari pada jutaan penduduk India. 

Tidaklah mudah untuk menentukan dengan kata-kata singkat, apa sebenarnya Hinduisme itu. Oleh karena itu, Hinduisme hamper sama sekali tak mempunyai bentuk dan terlalu merupakan suatu himpunan unsure-uunsur yang tak sama. Tetapi terutama sekali oleh karena terhadap Hinduisme tak dapat dipakai rumusan-rumusan yang biasa dipakai untuk merumuskan apakah agam itu. 

Pertama-tama Hinduisme tak ada pendirinya sehingga kita tak dapat menyimpulkan dari ajaran atau khutbahnya siapa sebetulnya Hinduisme itu. Penganut-penganutnya tak diharuskan mempunyai suatu keyakinan tertentu mengenai Tuhan, manusia dan dunia. Dalam Hinduisme tidak ada suatu pengakuan iman yang dapat dirumuskan dengan jelas yang disetujui oleh semua penganutnya. Juga tidak ada suatu atau bermacam-macam organisasi keagamaannya yang menghimpun semua penganutnya. Lebih tepat rasanya jika Hinduisme kita namakan suau system social yang diperkuat oleh cita-cita keagamaan dan dengan demikian lalu mempunyai tendensi keagamaan. Tak ada seorang pun yang dapat menjadi seorang Hindu dengan jalan menganut suatu agama tertentu. Seseorang adalah Hindu berkat kelahirannya. Keadaan ini meletakkan kewajiban untuk megikuti peraturan-peraturan upacara-upacara tertentu, pada umumnya peraturan-peraturan yang berhubungan dengan pembagian kasta dan khsusunya pemberian korban dan upacara –upacara keagamaan dan timbul dari pada pembagian kasta tadi. Ikatan-ikatan batin pada upacara yang turun temurun ini sangat kuat. Hal ini nyata sekali pada diri Gandi yang jelas bersimpati terhadap agama Kristen, tetapi tetap tinggal Hindu karena pertaniannya dengan bangsanya dan bubungan batinnya dengan kebudayaan agama sukunya. Bangsa Arya yang turun ke lembah Indus kira-kira 1500 tahun SM yang memberi corak pada kebudayaan India. Bangsa Arya ini satu suku dengan bangsa Iran yang bernabikan Zarathustra. 

Para peneliti berpendapat, dan ini lebih tepat, bahwa bangsa Arya ini berasal dari Asia, dahulunya mereka hidup di Asia Tengah di negeri Turkistan berdekatan dengan Sungai Jihun, kemudian berpindah pula dalam kelompok-kelompok yang besar menuju ke India melalui Parsi, dan mereka juga menuju Eropa. Nyatalah bahwa kedatangan bangsa Arya ke India terjadi pada abad ke-15 SM. Bangsa Arya ini telah memerangi kerajaan-kerajaan yang didirikan oleh bangsa berkulit kuning di India itu dan berhasil mengalahkan sebagaian besar dari mereka serta menjadikan kawasan-kawasan yang dikalahkannya itu sebagai wilayah yang tunduk di bawah pengaruh mereka. 

Bangsa Arya tidak bercampur dengan penduduk India dengan jalan perkawinan, malah mereka menjaga dengan sungguh-sungguh keturunan mereka yang berkulit putih itu, dan menggiring penduduk asli Negara India ke hutan-hutan dan ke gunung-gunung atau menjadikan mereka sebagai orang-orang tawanan yang dinamakan dalam sastra lama Bangsa Arya sebagai Bangsa Hamba Sahaya. Bangsa Arya ini telah meminta pertolongan dari Tuhan mereka “Indra” untuk mengalahkan penduduk India. Di antara bacaan do’a mereka adalah “wahai Indra Tuhan kami! Suku-suku kaum Dasa (budak) telah mengepung kami dari segenap penjuru dan mereka tidak memberikan korban apa-apa, mereka bukan manusia dan tidak berkepercayaan. Wahai Penghancur musuh! Binasakanlah mereka dari keturunannya.” Tentang sejauh mana pengaruh bangsa-bangsa berkulit kuning (Bangsa Turan) dan berkulit putih (Bangsa Arya) di India telah diterangkan oleh Gustav Le Bon: “Bangsa Turan adalah bangsa penyerang yang kuat sekali mengubah penduduk negeri India dari segi fisik dan bangsa Arya juga meninggalkan kesan yang mendalam terhadap bangsa India dari segi budaya. Dari bangsa Turan, penduduk India mengambil ciri ukuran tubuh dan raut muka, dan dari bangsa Arya mereka mengambil ciri bahasa, agama, undang-undang, dan adat-istiadat.” Pertemuan bangsa Arya dan bangsa Turan dengan penduduk asli telah menimbulkan kasta-kasta masyarakat di India dan merupakan suatu faktor yang sangat penting dalam sejarah negara ini. Dari bangsa Arya terbentuk golongan ahli-ahli agama (Brahmana) dan golongan prajurit (Ksatria). 

Dari bangsa Turan terbentuk pula golongan saudagar dan ahli-ahli tukang (Waisya). Pada mulanya orang-orang Hindu yang bergaul dengan bangsa Turan tidak termasuk dalam pembagian ini, tetapi dalam beberapa zaman kemudian peradaban Arya meresap ke dalam sebagian diri mereka, lalu bangsa Arya pun terbentuk dari kalangan orang-orang Hindu golongan keempat, yaitu golongan pesuruh dan hamba sahaya (Sudra). Penduduk-penduduk asli yang tidak tersentuh dengan peradaban Arya adalah disebabkan karena mereka memisahkan diri dari bangsa-bangsa pendatang itu. Maka, tinggallah mereka jauh dari pembagian ini dan terus menjadi orang-orang yang tersingkir atau terhalau dari masyarakat (out-casts). 

Untuk lebih jauh penjelasan tentang golongan-golongan ini akan dijelaskan pada makalah lain yang akan berbicara tentang golongan-golongan tersebut. Mungkin sekali bangsa-bangsa Arya itu ketika masuk ke India kurang beradab daripada bangsa Drawida yang ditaklukkannya. Tetapi mereka lebih unggul dalam ilmu peperangan daripada bangsa Drawida. Pada waktu bangsa Arya masuk ke India, mereka itu masih merupakan bangsa setengah nomad (pengembara)., yang baginya peternakan lebih besar artinya daripada pertanian. Bagi bangsa Arya, kuda dan lembu adalah binatang-binatang yang sangat dihargai, sehingga binatang-binatang itu dianggap suci. Dibandingkan dengan bangsa Drawida yang tinggal di kota-kota dan mengusahakan pertanian serta menyelenggarakan perniagaan di sepanjang pantai, maka bangsa Arya itu bolehlah dikatakan primitive. Dahulu orang tidak tahu dengan tepat dan selalu memandang kebudayaan yang dibawa oleh bangsa Arya. Tetapi terutama sesudah penggalian-penggalian tersebut di atas, berubahlah pandangan orang dan makin banyak diketahui, bahwa bermacam-macam unsure di dalam kebudayaan India berasal dari kebudayaan Drawida yang tua itu. Umpamanya saja bangsa Arya belum mempunyai patung-patung dewa, bangsa Drawida sudah. Sebuah gejala yang tipik atau khas di dalam agama Hindu ialah pengakuan adanya dewa-dewi induk. Itupun suatu gejala pra-Arya. Demikian pula banyak gejala-gejala Agama Hindu yang rupa-rupanya tidak berasal dari agama bangsa Arya, melainkan berasal dari aama bangsa Drawida. Jadi dapatlah dikonstatir dengan jelas bahwa Agama Hindu sebagai agama tumbuh dari dua sumber yang berlainan, tumbuh dari perasaan dan fikiran keagamaan dua bangsa yang berlainan, yang mula-mula dalam banyak hal sangat berlainan, tetapi kemudian lebur menjadi satu. Di dalam tulisan-tulisan Hinduistis yang tertua, unsur-unsur Arya lah yang sangat besar pengaruhnya. Hal itu tidak mengherankan karena tulisan-tulisan itu berasal dari zaman bangsa Arya memasuki India dengan kemenangan-kemenangan, jadi pengaruh Drawida tentunya belum begitu besar. Agama bangsa Arya kita kenal dari kitab-kitabnya yang mengenai agamanya, yakni kitab-kitab Weda (Weda artinya tahu). Oleh karena itu masa yang tertua dari agama Hindu disebut masa Weda. Maulana Mohamed Abdul Salam al-Ramburi juga berkata: “Umat India mudah menerima apa saja pemikiran dan kepercayaan yang ditemuinya. Di kalangan mereka banyak terdapat pendapat dan kejahilan. Orang-orang berada dalam kebingungan dan bersedia menerima dan mengukuhkan semua ini…. Kepercayaan mereka bermacam-macam, pemikiran mereka bercabang-cabang, gejala ketuhanan merebak, begitu juga ilmu-ilmu kebatinan. Sarana-sarana untuk berfikir dan menyepi telah disediakan di seluruh penjuru negeri India oleh para Pendeta dan Cendekiawan. Lahirlah beberapa pengkajian moral yang diikuti oleh segenap golongan masyarakat. Tersebar jugalah latihan-latihan badan yang berat dan sulit untuk mendapatkan suatu kekuatan yang dapat menguasai kekuatan alam. Pertapaan di gua-gua sebagai suatu pengawasan atas diri adalah menjadi tumpuan, begitu juga pengasingan diri ke hutan-hutan rimba untuk melemaskan tubuh supaya dapat naik mencapai kekuatan rohani.” Oleh karena itu, Negara India terkenal mempunyai banyak agama dan kepercayaan yang menyamai atau hamper-hampir sama banyaknya dengan jumlah bahasa India. Agama Hindu adalah yang termasyhur di antara agama-agama ini dan luas sekali penyebarannya, malah dialah agama umum yang meliputi kebanyakan atau semua orang India. Kadang-kadangn sekiranya mereka atau sebgian dari mereka bangkit menentangnya, penentang-penentang itu lambat laun akan kembali ke pangkuannya. Buku Hinduism telah menerangkan sebab-sebab terjadinya hal demikian dengan menuliskan: “Amat sulit untuk dikatakan bahwa Hinduisme itu adalah suatu agama dalam pengertiannya yang sangat luas. Hinduisme lebih meliputi dan lebih dalam daripada agama. Ini merupakan suatu sifat bagu bentuk masyarakat India dengan aturan berkasta-kasta dan kedudukan tiap-tiap kasta itu di dalam masyarakat. Ini merupakan kehidupan India dengan caranya tersendiri yang dianggap sebagai satu dari semua masalah suci dan masalah hina karena di dalam pemikiran Hindu tidak ada batas yang memisahkan keduanya. Ini merupakan aliran-aliran rohani, moral dan perundangan. Di samping itu, ia juga merupakan prinsip-prinsip, ikatan-ikatan, dan kebiasaan-kebiasaan yang menguasai dan mengendalikan kehidupan Hindu.” Agama Hindu adalah suatu agama yang berevolusi dan merupakan kumpulan adat-istiadat dan kedudukan yang timbul dari hasil penyusunan bangsa Arya terhadap kehidupan mereka yang terjadi pada satu generasi ke generasi yang lain sesudah mereka datang berpindah ke India dan menundukkan penduduk asli itu. Kedudukan bangsa Arya sebagai penakluk negeri yang lebih tinggi daripada kedudukan penduduk asli serta pergaulan mereka telah melahirkan adat-istiadat Hindu itu yang dianggap menurut perputaran sejarah, sebagai suatu agama yang dianut dan dipegang tata susilanya oleh orang-orang India. Kiranya dapat dikatakan bahwa asas Agama Hindu adalah kepercayaan bangsa Arya yang telah mengalami perubahan sebagai hasil dari percampuran mereka dengan bangsa-bangsa lain, terutama sekali adalah bangsa Parsi, yaitu sewaktu dalam masa perjalanan mereka menuju India. Kemudian, kepercayaan-kepercayaan ini menerima kesan pula di negeri India setelah berbenturan dengan pemikiran-pemikiran penduduk asli dan dengan falsafah-falsafah dan pemikiran-pemikiran yang telah ada di India dalam beberapa tingkatan sejarah yang berjauhan hingga Agama Hindu itu menyimpang jauh dari kepercayaan asli bangsa Arya. Agama Hindu lebih merupakan suatu cara hidup daripada merupakan kumpulan kepercayaan. Sejarahnya menerangkan mengenai isi kandungannya yang meliputi berbagai kepercayaan, hal-hal yang harus dilakukan, dan yang boleh dilakukan. Agama ini tidak mempunyai kepercayaan yang membawanya turun hingga kepada penyembahan batu dan pohon-pohon, dan membawanya naik pula kepada masalah-masalah falsafah yang abstrak dan halus. Seandainya Agama Hindu tidak mempunyai pendiri yang pasti maka begitu pula halnya dengan Weda. Kitab suci ini yang mengandung kepercayaan-kepercayaan, adat-istiadat, dan hukum-hukum juga tidak mempunyai pencipta yang pasti. Para penganut agama Hindu mempercayai bahwa kitab ini adalah suatu kitab yang ada sejak dahulu yang tidak mempunyai tanggal permulaan. Kitab ini diwangsitkan sejak awal kehidupan, setara dengan awal yang mewangsitkannnya. Mari kita baca sekilas tentang bangsa Dravida dan bangsa Arya. 

Bangsa Dravida di India 

Penduduk India yang asli pada waktu bangsa Arya menyerbu ke India terutama masuk bangsa Dravida. Bangsa ini ialah penduduk asli yang diketemukan menduduki kota Harappa di Punjab dan di sebelah utara kota Karachi pada tahun 3000-2000 SM. Mula-mula mereka tinggal tersebar di seluruh negeri, tapi lama kelamaan hanya tinggal di sebelah selatan dan memerintah negerinya sendiri, karena mereka sebelah utara hidup sebagai orang taklukkan dan bekerja pada bangsa yang merebut negeri itu. Mereka adalah bangsa yang berkulit hitam dan berhidung pipih, berperawakan kecil dengan rambut keriting. Bangsa Dravida mempunyai peradaban tinggi waktu itu, ternyata di daerah Punjab dan lereng sungai gangga terdapat daerah yang subur yang sudah dikerjakan oleh bangsa Dravida. Dan di kota-kota yang terkenal disebut Mohenjodaro dan Harappa pun sudah dibuat rumah-rumah batu yang dikerjakan oleh mereka. Mereka bercocok tanam dan pandai berlayar menyusur pantai. 

Bangsa Arya

Bangsa Arya ialah suatu bangsa yang masuk ke India kira-kira pada tahun 2000-1000 SM, dari sebelah utara. Mereka ialah kaum yang memisahkan diri dari bangsanya di Iran dan memasuki India melalui jurang-jurang di Pegunungan Hindu Kush. Bangsa Arya itu serumpun dengan bangsa Jerman, Yunani, Romawi, dan bangsa-bangsa lainnya di Eropa dan di Asia. Mereka tergolong apa yang disebut rumpun bangsa Indo-German. Setelah datang di India mereka menetap di daratan sungai Sinhu yang pada zaman itu masih subur jadi di daerah itu mereka telah menjumpai suatu peradaban tua. Di dalam beberapa hal mereka berbeda dengan bangsa Dravida. Mereka berkulit putih dan berbadan tegak, bentuk hidungnya melengkung sedikit. Kemudian mereka telah jauh memasuki India sampai di tepi Sungai Gangga dan sampai di sebelah selatan. Dan disitu mereka makin bercampur dengan bangsa Dravida dan dengan demikian terwujudlah kemudian suatu kesatuan. Berkat peleburan kebudayaan Dravida yang tua itu dengan kebudayaan Arya maka terjadilah kemudian kebudayaan India. 

III. Agama Lembah Sungai Indus 
Peradaban Lembah Sungai Indus 
Penduduk asli Lembah sungai Indus adalah bangsa Dravida yang berkulit hitam. Di sekitar sungai itu terdapat dua pusat kebudayaan yaitu Mohenjo Daro dan Harappa. Mereka sudah menetap di sana dengan mata pencaharian bercocok tanam dengan memanfaatkan aliran sungai dan kesuburan tanah di sekitarnya. Menurut teori kehidupan bangsa Dravida mulai berubah sejak tahun 2000-an SM karena adanya pendatang baru, bangsa Arya. Mereka termasuk rumpun berbahasa Indo-Eropa dan berkulit putih. Bangsa Arya ini mendesak bangsa Dravida ke bagian selatan India dan membentuk Kebudayaan Dravida namun, sebagian lagi ada yang bercampur antara bangsa Arya dan Dravida yang kemudian disebut bangsa Hindu. Oleh karena itu, kebudayaannya disebut kebudayaan Hindu. 

Peradaban Lembah Sungai Indus 
1) Letak Geografis Sungai Indus 
a. Di sebelah Utara berbatasan dengan China yang dibatasi Gunung Himalaya 
b. Selatan berbatasan dengan Srilanka yang dibatasi oleh Samudera Indonesia 
c. Barat berbatasan dengan Pakistan 
d. Timur berbatasan dengan Myanmar dan Bangladesh 

2) Peradaban sungai Indus (2500 SM) 
a. Kebudayaan kuno India ditemukan di kota tertua India yaitu daerah Mohenjodaro dan Harappa. 
b. Penduduk Mohenjodaro & Harappa adalah bangsa Dravida 
c. Saluran air bagus 
d. Terdapat hubungan dagang antara Mohenjodaro dan Harappa dengan Sumeria. 
e. Perencanaan yang sudah maju 
f. Rumah-rumah terbuat dari batu-bata 
g. Mohenjodaro dan Harappa merupakan kota tua yang dibangun berdasarkan : 
h. Jalan raya lurus dan lebar 

1. Pusat Peradaban 
Peradaban Lembah Sungai Indus diketahui melalui penemuan-penemuan arkeologi-diKota Harappa dan Mohenjodaro. Kota Mohenjodaro diperkirakan sebagai ibukota daerahLembah Sungai Indus bagian selatan dan Kota Harappa sebagai ibukota Lembah Sungai Indusbagian utara. Mohenjodaro dan Harappa merupakan pusat peradaban bangsa India pada masalampau. 

2. Tata Kota 
Di Kota Mohenjodaro dan terdapat gedung-gedung dan rumah tinggal serta pertokoandibangun secara teratur dan berdiri kukuh. Gedung-gedung dan rumah tinggal dan pertokoan itusudah terbuat dari batu bata lumpur. Wilayah kota dibagi atas beberapa bagian atau blok yang dilengkapi jalan yang adaaliran airnya. 

3. Sistem Pertanian dan Pengairan 
Daerah Lembah Sungai Indus merupakan daerah yang subur. Pertanian menjadi matapencaharian utama masyarakat India. Pada perkembangan selanjutnya, masyarakat telahberhasil menyalurkan air yang mengalir dari Lembah Sungai Indus sampai jauh ke daerahpedalaman. Pembuatan saluran irigasi dan pembangunan daerah-daerah pertanian menunjukkanbahwa masyarakat Lembah Sungai Indus telah memiliki peradaban yang tinggi. Hasil-hasilpertanian yang utama adalah padi, gandum, gula/tebu, kapas, teh, dan lain-lain. 

4. Sanitasi (Kesehatan) 
Masyarakat Mohenjodaro dan Harappa telah memperhatikan sanitasi (kesehatan)lingkungannya. Teknik-teknik atau cara-cara pembangunan rumah yang telah memperhatikanfaktor-faktor kesehatan dan kebersihan lingkungan yaitu rumah mereka sudah dilengkapi olehjendela. 

5. Teknologi 
Masyarakat Lembah Sungai Indus sudah memiliki ilmu pengetahuan dan teknologi,Kemampuan mereka dapat diketahui melalui peninggalan-peninggalan budaya yang ditemukan,seperti bangunan Kota Mohenjodaro dan Harappa, berbagai macam patung, perhiasan emas,perak, dan berbagai macam meterai dengan lukisannya yang bermutu tinggi dan alat-alatpeperangan seperti tombak, pedang, dan anak panah 

6.Pemerintahan 
Raja-raja yang pernah memerintah Kerajaan Maurya antara lain sebagai berikut : 
a. Candragupta Maurya 
Setelah berhasil menguasai Persia, pasukan Iskandar Zulkarnaen melanjutkan ekspansidan menduduki India pada tahun 327 SM melalui Celah Kaibar di Pegunungan Himalaya.Pendudukan yang dilakukan oleh pasukan Iskandar Zulkarnaen hanya sampai di daerah Punjab.Pada tahun 324 SM muncul gerakan di bawah Candragupta. Setelah Iskandar Zulkarnaenmeninggal tahun 322 SM, pasukannya berhasil diusir dari daerah Punjab dan selanjutnyaberdirilah Kerajaan Maurya dengan ibu kota di Pattaliputra. Candragupta Maurya Menjadi raja pertama Kerajaan Maurya. Pada masapemerintahannya, daerah kekuasaan Kerajaan Maurya diperluas ke arah timur, sehinggasebagian besar daerah India bagian utara menjadi bagian dari kekuasaannya. Dalam waktusingkat, wilayah Kerajaan Maurya sudah mencapai daerah yang sangat iuas, yaitu daerahKashmir di sebelah barat dan Lembah Sungai Gangga di sebelah timur. 

b. Ashoka 
Ashoka memerintah.Kerajaan Maurya dari tahun 268-282 SM. Ashoka merupakan cucudari Candragupta Maurya. Pada masa pemerintahannya, Kerajaan Maurya mengalami masayang gemilang. Kalingga dan Dekkan berhasil dikuasainya. Namun, setelah ia menyaksikankorban bencana perang yang maha dahsyat di Kalingga, timbul penyesalan dan tidak lagimelakukan peperangan. Mula-mula Ashoka beragama Hindu, tetapi kemudian menjadi pengikut agama Buddha.Sejak saat itu Ashoka menjadikan agama Buddha sebagai agama resmi negara. Setelah Ashokameninggal, kerajaan terpecah-belah menjadi kerajaan kecil. Peperangan sering terjadi dan barupada abad ke-4 M muncul seorang raja yang berhasil mempersatukan kerajaan yang terpecahbelah itu. Maka berdirilah Kerajaan Gupta dengan Candragupta I sebagai rajanya. 

7. Kepercayaan 
Sistem kepercayaan masyarakat Lembah Sungai Indus bersifat politeisme atau memujabanyak dewa. Dewa-dewa tersebut misalnya dewa kesuburan dan kemakmuran (Dewi Ibu).  Masyarakat lembah Sungai Indus juga menyembah binatang-binatang seperti buaya dangajah serta menyembah pohon seperti pohon pipal (beringin). Pemujaan tersebut dimaksudkansebagai tanda terima kasih terhadap kehidupan yang dinikmatinya, berupa kesejahteraan dan perdamaian. 

Peradaban lembah sungai Indus diketahui melalui penemuan-penemuan arkeologi di kota Harappa dan Mohenjodaro. Kota Mohenjodaro diperkirakan sebagai ibu kota daerah lembah sungai Indus bagian selatan. Dan kota Harappa sebagai Ibu kota lembah sungai Indus bagian utara. Mohenjodaro dan Harappa merupakan pusat peradaban bangsa India pada masa lampau. 

System kepercayaan masyarakat lembah sungai Indus bersifat politeisme atau memuja banyak dewa. Dewa-dewa tersebut misalnya dewa kesuburan dan kemakmuran. Masyarakat lembah sungai Indus juga menyembah binatang seperti buaya, gajah, serta menyembah pohon seperti pohon beringin, dan lain-lain. Pemujaan tersebut dimaksudkan sebagai tanda terima kasih terhadap kehidupan yang dinikmatinya, berupa kesejahteraan dan perdamaian. Bangsa Arya dan bangsa Dravida merupakan bangsa yang memiliki ideology keagamaan yang berbeda satu sama lain, akan tetapi dari kedua ideology agama tersebut, melahirkan suatu agama persatuan dari keduanya, yakni agama Hindu. Interaksi bangsa Dravida dan bangsa Arya menghasilkan Agama Hindu. 

IV. Kesimpulan 
Secara historis, agama Hindu merupakan agama yang berasal dari Negara India. Agama Hindu juga merupakan salah satu agama yang tertua di dunia. Agama Hindu dilihat dari sejaraah mulanya, agama ini merupakan hasil persatuan antara keprcayaan atau agama-agama yang berada di India. Bangsa Dravida merupakan bangsa yang berasal dari dalam India, akan tetapi setelah datangnya bangsa Arya yang telah merebut kekuasaan bangsa Dravida pada waktu itu. Bangsa Dravida pun menghindari dari kecaman bangsa Arya, sehingga bangsa Dravida pergi menuju pedalaman bahkan bertempat di dataran tinggi India. Interaksi antara keduanya juga salah satu dari asal-mulanya agama Hindu. Persatuan yang mendesak bangsa Dravida membuat mereka bercampur dengan bangsa Arya dan melahirkan kepercayaan yang hingga sekarang ada di dunia, yakni agama Hindu. 

V. DAFTAR PUSTAKA 
Thalhas, T. H. Pengantar Studi Ilmu Perbandingan Agama. Jakarta: Galura Pase, 2006. 
Honig Jr, A. G. Ilmu Agama. Jakarta: PT BPK Gunung Mulia, 1997. 
Shalaby, Ahmad. Perbandingan Agama; Agama-Agama Besar di India; Hindu-Jaina-Budha. Jakarta: PT Bumi Aksara, 2001. 
Bleeker, C. J. Pertemuan Agama-Agama Dunia. Jakarta: Sumur Bandung, 1963. 
Rifa’I, Moh. Perbandingan Agama. Semarang: Wicaksana, 1980.