Rabu, 25 September 2013

Lagu ku



Berikan Aku Bahagiamu ( B.A.B )
                                                                                                                                                                     
Jika Suatu Hari Nanti
Kita Tak Bersama Lagi
Ku Akan Terus Berdo’a
Agar Kau Slalu Bahagia

Kenangan Yang Indah Ini
Kan Ku Simpan Dalam Hati
Kebahagiaan Kita
Akan Tetap Selalu Ada

Reff :
Selama Aku Masih Bernafas
Ijinkan Ku Tuk Disampingmu
Berikan Aku Bahagiamu
Saat Kita Masih Bersama

Tak Akan Ku Lupakan
Semua Kisah Kasih Kita
Semoga Akan Menjadi
Sebuah Cerita Yang Indah


Back To Reff

Gelar Ulus Azmi



ULUL ’AZMI
Dari 25 Rasul tersebut terdapat 5 Rasul yang mempunyai sifat Ulil ’Azmi diantara mereka ialah Rasulallah saw, nabi Ibrahim as, nabi Musa as, nabi Isa as dan nabi Nuh as, seperti yang telah disebut diatas.  
Mereka  yang memiliki sifat Ulil ’Azim adalah Rasul-Rasul yang mempunyai keteguhan hati sangat mengagumkan, tabah luar biasa, sabar dan kesabarannya tidak terbatas, meskipum mereka mendapatkan berbagai macam celaan,hinaan, tantangan yang menyakitkan namun mereka tetap teguh, sabar, dan senantiasa bertwakal dalam menyampaikan ajarannya kepada manusia.
1- Nabi Muhammad
Muhammad bin Abdullah bin Abdul Muttalib dari keturunan Ismail bin Ibrahim. Diperkirakan hidup pada tahun 571M-632M dan diangkat menjadi nabi pada tahun 610M. Beliau ditugaskan berdakwah kepada seluruh manusia dan alam semesta. Tinggal di Mekkah dan Madinah. Wafat di Madinah. Meninggalkan 7 orang anak. Rasulallah saw namanya disebutkan hanya 5 kali di dalam Al-Quran.
Beliau mendapat julukan ulul ’azmi karena sejak kecil sampai dewasa, Rasulallah saw selalu mengalami masa-masa sulit. Pada usia 6 tahun dia sudah menjadi yatim piatu. Setelah dewasa ia harus membantu meringankan beban paman yang merawatnya sejak kecil. Tantangan terberat yang dihadapi adalah setelah diangkatnya menjadi seorang rasul. Penentangan bukan saja dari orang lain, tetapi juga dari Abu Lahab, pamannya sendiri. Rasulallah saw juga harus ikut menderita tatkala Bani Hasyim diboikot (diasingkan) di sebuah lembah dikarenakan dakwahnya. Dan masih banyak lagi kesabaran dan masa masa sulit yang dihadapi beliau dari mulai lahir sampai beliau wafat.
2- Nabi Ibrahim
Nabi Ibrahim bin Azar bin Nahur dari keturunan Sam bin Nuh. Beliau diperkirakan hidup tahun 1997-1822 SM dan diangkat menjadi nabi pada tahun 1900 SM. Beliau tinggal di Iraq. Beliau wafat di Al-Khalil, Hebron, Palestina. Nama beliau disebutkan sebanyak 69 kali dalam Al-Quran.
Nabi Ibrahim adalah nabi yang mendapat gelar ulil ’azmi karena kesabarannya yang tinggi. Dari mulai bayi nabi Ibrahim sudah diasingkan ke dalam gua disebabkan karena perintah Raja Namrudz untuk membunuh setiap bayi laki-laki yang baru lahir. Setelah dewasa, ia harus berhadapan dengan raja dan masyarakat penyembah berhala termasuk kedua orang tuanya yang pembuat berhala. Bahkan ia harus menerima siksaan yang pedih, yaitu dibakar hidup-hidup dan diusir dari kampung halamannya. Sudah hampir seratus tahun usia dan pernikahannya dengan Sarah, ia belum dikaruniai anak hingga istrinya meminta ia menikahi seorang budak berkulit hitam bernama Hajar untuk dijadikan istri. Akhirnya Hajar dapat melahirkan seorang anak yang diberi nama Ismail. Allah memerintahkan Ibrahim untuk melepas istri dan anaknya yang baru lahir dan sangat dicintainya itu ke tanah gersang di Makkah. Karena kesabaran dan kepatuhannya, perintah itu dilaksanakan. Namun, perintah lebih berat diterima Ibrahim, yaitu harus mengorbankan Ismail yang baru meningkat remaja. Hal ini pun beliau laksanakan, tapi Allah akhirnya menggantikannya dengan seekor domba. selain itu ujian nabi Ibrahim as yang lain adalah membangun Ka’bah, dan menghadapi Raja Namrudz yang zalim.
3-  Nabi Musa
Musa bin Imran dri keturunan Ya’qub bin Ishak. Diperkirakan hidup pada tahun 1527-1408 SM dan diangkat menjadi nabi pada tahun 1450 SM. Beliau ditugaskan berdakwah kepada Firaun Mesir dan Bani Israil di Mesir. Beliau wafat di Tanah Tih. Punya 2 anak.
Nabi Musa as adalah nabi yang paling banyak namanya disebutkan dalam al-Qur’an yaitu sebanyak 136 kali. Beliau termasuk nabi yang mendapat gelar ulul ’azmi karena kesabarannya yang tinggi dalam menghadapi dan berda’wah kepada Firaun. Selain itu, dia juga nabi yang sabar dalam memimpin kaumnya yang selalu membangkang. Ketika Musa as akan menerima wahyu di Bukit Sinai, pengikutnya yang dipimpin Samiri menyeleweng dengan menyembah berhala emas anak sapi. Harun as yang ditugasi mengganti tugas Musa as, tidak sanggup untuk menghalangi niat mereka, bahkan ia diancam hendak dibunuh. Dengan kesabaran nabi Musa yang hebat tapi beliau pernah tidak bersabar ketika berguru kepada nabi Khidir as .
4- Nabi Isa
Isa bin Maryam binti Imran dari keturunan Sulaiman bin Daud. Diperkirakan hidup pada tahun 1SM-32M dan diangkat menjadi nabi pada tahun 29M. Beliau ditugaskan berdakwah kepada Bani Israil di Palestin. Beliau juga tidak wafat melainkan diangkat ke sisi Allah. Nabi Isa as Disebutkan sebanyak 25 kali di dalam Al-Quran.
Beliau adalah nabi yang mendapat julukan ulul ’azmi karena banyak memiliki kesabaran dan keteguhan dalam menyampaikan ajaran Allah. Terutama, ketika nabi Isa as sabar menerima cobaan sebagai seorang yang miskin, pengkhianatan muridnya, menghadapi fitnah, hendak diusir dan dibunuh oleh kaum Bani Israil. Kehidupan nabi Isa as menggambarkan kezuhudan dan ketaatan dalam beribadah.
5- Nabi Nuh
Nuh bin Lamik bin Mutuisyalkh dari keturunan Idris, lalu keturunan Nabi Syits bin Adam. Diperkirakan hidup pada tahun 3993-3043 SM dan diangkat menjadi nabi pada tahun 3650 SM. Diperkirakan beliau tinggal di wilayah yang kini disebut sebagai Iraq. Para ahli sejarah banyak menyebutkan bahwa beliau wafat di Mekkah, dan memiliki 4 anak laki-laki. Nama Nuh disebutkan sebanyak 43 kali dalam Al-Qu’ran.
Nabi Nuh as mendapat julukan ulul ’azmi karena kesabarannya yang tinggi. Nuh as adalah rasul pertama yang diutus Allah untuk meluruskan akidah dan akhlak umat yang telah menyimpang jauh dari ajaran yang benar. Nabi Nuh as digelari sebagai ulul ’azmi karena kesabarannya dalam berdakwah dan mendapat hinaan dari kaumnya. Nabi Nuh tanpa menyerah terus menerus mendakwahi keluarga, kerabat dan masyarakat umum, untuk kembali ke jalan yang lurus. Usianya hampir 1000 tahun dan jumlah umat yang mengikutinya tidak lebih dari 200 orang. Bahkan istri dan anaknya yang bernama Kan’an tidak mempercayai ajaran yang dibawanya dan menjadi musuhnya. Atas kehendak Allah umat nabi Nuh as yang membangkang ditenggelamkan dengan tsunami yang dahsyat dan semuanya mati, kecuali nabi Nuh as dan pengikutnya yang beriman.

Kumpulan Cerpen



“hai zid” panggilku kepada sahabatku yang bernama zidny
“hai juga lala” jawabnya kepadaku
“zidny nggak kerasa ya dikit lagi kita berpisah” aku yang tampak sedih karena tidak bisa ketemu dia setiap hari aku hampir meneteskan air mata namun aku menahannya.
“iya aku juga la” jawabnya padaku
Akhirnya hari perpisahan itu datang, para kelas 6 maju untuk menyanyikan lagu terakhir untuk guru-guru aku dan teman sangat terharu dan akhirnya meneteskan air mata. Akhirnya selesai acara perpisahan kita berfoto-foto lama kelamaan satu persatu teman-temanku pergi tinggal aku dengan sahabatku. Ia berkata kepada “la jangan lupakan aku ya” katanya kepadaku
“iya sama kamu jangan lupakan aku ya” jawabku kepada ia hanya menganggukkan kepalanya sambil tersenyum. Dan itulah senyumannya yang terakhir aku lihat
Pada suatu saat teman-teman mengajaknya untuk reonian sambil berbuka puasa bareng namun dia lebih memilih untuk berbuka bersama teman smpnya, aku sudah membujuknya namun apadaya aku malah dimarahinya habis-habisan oleh aku hanya bisa terdiam dan terdiam, tapi aku masih beruntung mempunyai teman yang baik yaitu opi hanya dia yang bisa menenangkan hatiku.
Sampai akhirnya aku memberanikan diri untuk mengajaknya main akhirnya aku menyampar dia aku tunggu dia di lapangan namun apa aku liat dia lagi bermain bersama teman-teman dan pacarnya aku memanggil dia namun apa dia tidak mau menganggapku aku mencoba memanggilnya namun dia tetap asik bermain akhirnya aku pulang. Aku mengurung diriku di kamar aku tidak mau makan, minum, dan keluar dari kamar mamaku sangat bingung akhirnya mamaku memanggil opi untuk menyuruhku untuk keluar, dan dia berkata
“lala ayo keluar”dia memanggilku namun aku hanya terdiam tanpa menjawab.
“lala ayo keluar ngapain sih kamu memikirkan zidny yang memang tidak pernah menganggapmu ada” deg… Hatiku sakit sekali ketika opi mengatakan bahwa zidny tidak pernah menganggapku ada.
Aku berfikir mungkin benar kata opi buat apa aku memikirkan dia sedangkan dia pun tidak pernah manganggapku ada, akhirnya aku pun keluar kamar untuk menemui opi untuk bilang terima kasih atas nasihatnya.
Aku pun berhubungan baik dengan opi kita sering jalan-jalan, bermain, dan bercanda. Dan aku bisa melupakan zidny dari fikiran aku anggap zidny sebagai masa laluku yang pahit
Walaupun aku sangat sakit hati dengan sikap dia tapi kau selalu berdoa supaya dia tidak melukai sahabat dia yang baru.

Pelangi

Pelangi! Ya, sesuatu yang sangat aku ingat dari gadis itu. Gadis manis berambut hitam panjang, yang selalu duduk terdiam di tepi pantai, Kota Belitung. Gadis itu selalu tiba saat pagi dan menjelang petang. Awalnya, aku tak mengerti apa yang dikerjakan gadis itu setiap harinya saat ia tiba di pantai.
Letak rumahku memang tak jauh dari pantai itu, karena itulah aku sering melihat gadis tersebut. Saat ia tiba di pantai itu, aku selalu mengamatinya dan memperhatikannya. Tak ada yang dilakukan oleh gadis itu, kecuali duduk terdiam dan matanya menerawang jauh ke arah pantai. Entah apa yang sedang gadis itu pikirkan, aku tak tahu. Sesekali aku mengambil gambar gadis itu dengan kameraku. Indah, anggun, dan lembut. Itulah pandanganku akan gadis tersebut.
Hampir dua bulan gadis itu tak pernah absen akan kehadirannya ke pantai itu. Dan aku pun semakin dibuatnya penasaran, akan apa yang ia lakukan di pantai tersebut. Kuberanikan diri menghampiri gadis itu, walaupun jantungku berdegup sangat kencang saat itu.
“boleh tak aku duduk sini?” tanyaku pelan.
Hanya sebuah anggukkan kecil yang kudapat dari gadis itu. Kemudian, aku mulai duduk di samping gadis tersebut.
Kuamati gadis itu baik-baik, aku melihat seperti ada kesedihan yang sedang menyelimuti gadis itu. Dia begitu indah di mataku, tapi tak terlalu indah. Adakah sesuatu yang kurang dari dirinya?
“siapa kau punya nama? Kalau aku boleh tahu.” tanyaku pada gadis itu.
“Pelangi.”
“elok kali kau punya nama. Nak apa kau kemari?”
“Pelangi.”
“Hah? Maksud kau nak tengok pelangi.?”
Tak ada jawaban darinya kali ini. Aku terdiam memandangi gadis tersebut.
Sudah hampir tiba petang, aku menemani gadis tersebut duduk di tepi pantai. Tak banyak kata yang terucap dari bibir manisnya. Pertemuan hari itu membuatku semakin penasaran akan gadis tersebut.
Kutemani gadis tersebut kembali pada keesokan paginya, tak lupa aku membawa kamera kesayanganku, tuk sesekali mengabadikan gadis tersebut dengan kameraku. Kembali duduk di samping gadis itu, dengan tempat dan suasana yang sama seperti sebelumnya.
“boleh aku bertanya?”
Kemudian gadis itu menatap diriku sejenak dan kembali pada pandangan pertamanya. Jantungku kembali berdegup kencang, dan darahku seakan mengalir sangat derasnya saat gadis itu menatap diriku. Mata yang sangat indah, tapi begitu banyak menyimpan rahasia.
“pelangi itu indah, ya.. Seperti kamu.”
“pelangi itu tak berwarna.” kata gadis itu mengejutkanku.
“kenapa kau berkata demikian?”
Kembali tak kudapatkan jawaban darinya. Aku biarkan dia terdiam di tepi pantai itu. Tapi tak kubiarkan dia sendiri, aku tetap berada di pantai itu namun sedikit menjauh dari gadis tersebut. Aku ingin mengabadikan gadis tersebut dengan kameraku.
Hari ini aku berangkat ke pantai lebih awal dari gadis tersebut. Aku ingin merasakan hal yang dilakukan gadis tersebut. Aku duduk di tempat gadis itu biasa duduk dan memandangi apa yang gadis itu selalu pandangi. Ya, begitu tenang rasanya hati ini. Kunikmati suasana ketenangan itu, ku hirup udara pantai yang menyegarkan itu. Pagi pun berlalu dan petang pun tiba, gadis itu pun tak kunjung hadir. Aku berpikir, mungkin saja gadis itu telah letih dengan apa yang dia lakukan selama ini. Aku pun berlalu kembali ke rumah.
Tak kutemui gadis tersebut di keesokan harinya, esok harinya lagi, dan esoknya lagi. aku bertanya-tanya pada diriku, dimanakah gadis itu saat ini? Sudah seminggu aku tak menjumpainya di pantai ini. Kali ini aku mencoba berjalan menyusuri pantai ini seorang diri.
DUK..!! PRAK..!!
Sebuah botol dari kaca terlempar oleh kakiku dan menabrak batu besar di pinggir pantai. Aku lihat pecahan botol itu, kutemukan selembar kertas di antara pecahan itu. Kuraih kertas itu, kubuka, dam ku coba mulai membacanya..
Tak lelah aku memandangmu..
Tak jenuh aku menunggumu..
Tak henti aku memujamu..
Kau datang membawa keindahan dan ketenangan dalam hidup ini..
Namun kau pergi meninggalkan sebuah kata untukku..
“PELANGI..”
Membaca kertas itu, aku seakan tahu siapa penulisnya. Gadis itu, ya, pasti gadis itu. Dan kini aku mengerti mengapa gadis itu berkata pelangi tak berwarna.
Aku terdiam memandangi hasil foto gadis tersebut dari kameraku. Akh, rindu aku akan gadis tersebut. Ingin rasanya mengenal lebih dekat mengenai gadis tersebut. Namun kini dia telah menghilang entah kemana, dan tak pernah kembali lagi duduk di tepi pantai seperti waktu itu. Andai gadis itu tahu, saat ini pantai itu selalu dijumpai pelangi.

Awal Kisah Baru

Anggi tengah duduk tak sabar sambil menanti seseorang yang spesial baginya. Hari ini, hari yang spesial bagi Anggi, hari ini ia resmi meninggalkan masa teenager, ia resmi meninggalkan angka satu di depan umurnya dan kini ia tengah menanti seseorang yang hampir 365 hari memberinya sebuah kisah yang berbeda di setiap harinya.
“maaf telat jalanan ramai maklum malam minggu” kata Ari, kekasih Anggi, yang begitu datang langsung duduk di hadapan Anggi dan meneguk minuman yang dipesankan Anggi untuknya “udah lama?” tanyanya begitu selesai minum
“tidak baru saja aku disini. Ada apa? Sepertinya ada sesuatu yang mengganggu, kau terlihat gelisah sekali?” tanya Anggi melihat raut wajah kekasihnya tak seperti biasanya seperti asa sesuatu yang harus diluapkan secepatnya
“kita harus bicara serius” kata Ari tenang dengan raut wajah yang menyeramkan bagi Anggi
“silakan tak perlu setegang itu” kata Anggi menenangkan
“misal kita tak bisa bersama lagi bagaimana?” kata Ari penuh penyesalan
“oh tapi kita masih teman kan?” kata Anggi tenang namun tetap saja ia tak bisa menyembunyikan kagetnya
“sebenarnya aku tak mau katakan ini, tapi harus katakan ini, maafin aku”
“iya aku juga tak bisa memaksakan diri. Kita masih tetep teman kan?”
“iya ada sesuatu yang aku kejar dan itu akan membutuhkan waktu yang lama sementara aku tak ingin kalau kamu menunggu lama, jadi lebih baik kita selesaikan saja semuanya agar kamu bisa mencoba dengan yang lain. Tapi kalau jodoh tak akan lari kemana-mana” kata Ari sambil berusaha mencoba untuk tersenyum
“iya aku mengerti aku masih punya banyak hal yang harus aku lakukan dan aku akan tetap menunggu seseorang yang berani yang meberanikan diri entah siapa dia bisa kamu, dia atau yang lain” Anggi berkata dan menarik nafas lalu melanjutkan perkataannya “terima kasih untuk semuanya dan maaf sering menjadikanmu korban keisengannku” lanjut Anggi sambil tersenyum lebar
“iya aku mengerti bagaimana kamu” kata Ari sambil tersenyum namun raut sedihnya tak bisa lepas dari wajah
“o iya mana kadonya? Hari ini aku kan ulang tahun” kata Anggi ceria seperti apa yang baru saja terjadi tak pernah terjadi
“sorry ketinggalan” Ari kaget. Anggi cemberut mendengar Ari tak membawa kado “nanti aku paketin deh” kata Ari menangkan
Anggi melirik jam di pergelangan tangan kirinya satu jam lagi hari bahagianya akan berakhir
“sepertinya aku harus pergi” kata Anggi sambil mengulurkan tangannya. Ari menyambut uluran sambil berkata “terima kasih sudah mengerti dan maaf”
“iya sama-sama, terima kasih karena telah memberiku kisah dan terima kasih juga telah merusak sisa hari indahku” kata Anggi tenang sambil berlalu meninggalkan Ari. Tak ada rasa penyesalan dalam diri Anggi, ia yakin Ari bukanlah yang terbaik untuknya saat ini.


Senja Ada Cerita

tepat waktu. Sesampainya, aku langsung menaiki anak tangga yang terpaku di pohon besar, di hadapanku. Segesit mungkin aku mencari posisi ternyaman untukku duduk. Hanya tinggal seperempat jam lagi, matahari akan turun ke habitatnya. Mengusaikan pekerjaannya hari ini.
Sedikit-sedikit gundukan awan di langit sana memerah, menanarkan warna lembayung senja. Bola mataku merekam kejadian indah itu. Di saat warna merah memudar menjadi jingga. Kukeluarkan sebuah voice recorder.
“Aku mencintai senja. Aku mencintaimu. Tak akan ada yang bisa menalarkan untaian kata indah tentangmu. Yang ku tahu senja adalah kamu.” Aku mendengarkan setiap ucapan yang terdengar dari benda tersebut.
“Aku mencintaimu juga. Sekarang aku melihat senyummu di lembayung itu. Kau pasti bahagia telah bersatu dengan senja.” ucapku berbisik, berbicara sendiri. Mungkin hanya voice recorder itu yang menjadi pendengar bisu dari curahan hatiku yang ku semburkan.
Aku mendengar percakapan dalam voice recorder itu. Pilu ketika mendengarnya, air mataku menitik jatuh tanpa diminta.
“Aku nggak mau melepasmu seberapa pun ketidaksempurnaan aku.” terdengar suara Riko dari dalam voice recorder.
“Jangan bicara soal itu, Riko! Kamu selamanya sempurna. Disini… Di hati aku…”
“Kamu tahu tidak? Bibir itu terlalu mudah berbicara. Pernyataan bibir itu tak pernah sesuai dengan kenyataan. Tapi untuk perkataanmu, aku percaya. Dan aku harap kamu jujur.”
“Love you..” kataku menyambar. Mendengar semua percakapan tadi, hatiku tak mampu membendung nestapa.
Dua bulan Riko pergi dari bumi ini, kaki-kakinya tak lagi berpijak pada bumi. Riko membawa album kenangan yang tak mungkin kembali. Senyap. Setiap matahari tenggelam, aku selalu hadir di tempat ini. Di rumah pohon milik Riko. Perlakuanku yang seperti ini terus menerus terjadi, setiap hari, hanya untuk menepati janjiku pada Riko, untuk selalu menjaga ‘si kecil’ kami. Senja. Matahari yang warnanya memias, itulah sosok yang dikagumi Riko. Aku pun tertarik pada hal yang sama dengannya.
Butir air mataku terbingkai di sudut mata. Riko, satu-satunya alasanku atas lamunan yang setiap detik aku lakukan. Aku selalu melamunkan kehadirannya. Dia membawa kabur kebahagiaanku. Meninggalkan sekotak besar rindu. Aku masih tak tahu sampai kapan akan berhenti menunggu, padahal sebenarnya ia tak akan pernah kembali. Aku masih belum bosan duduk di rumah pohon ini, sembari memandangi semburat indah lembayung senja.
“Ariiin!” teriak seseorang memanggil namaku. Aku menoleh.
“Rio? Kenapa bisa disini?”
“Ikatan batin, mungkin?”
“Haha… Ayoo, pulaaang”
Aku turun dari rumah pohon segesit mungkin. Sampai di anak tangga terakhir, aku melompat lalu menyambar lengan Rio. Aku menenggelamkan mukaku di bahunya. Rio merangkulkan tangannya di pundakku. Kami saling berangkulan. Kami berpelukan. Aku merasa berdosa karena sudah memagarinya dengan kebohongan yang aku buat, sekian lama ini. Tapi mencintai Riko di belakang Rio bukan sebuah kesalahan selama 6 bulan ke belakang, bagiku.
Aku bahagia, ahhh sudah, aku saja benar-benar tidak tahu mendeskripsikan rasa cintaku pada Riko, yang tercipta di balik hubunganku dengan Rio. Riko sudah pergi duluan sebelum sempat membongkar semuanya, seperti yang akan kami wujudkan, tapi gagal. Biarlah keadaan ini jadi kenangan yang menyelimutiku.
Wajah sore memias tertutupi gelap malam yang tak sabar datang. Aku menyeka air mata yang menyeruak keluar. Lembap membasahi jaket Rio yang terkena air mata. Lembap, karena wajahku terbenam dalam dada bidang Rio. Dia tak banyak bicara, apa lagi tanya, dia hanya diam dan membiarkanku merasa puas tenggelam dipelukannya. Aku mencintaimu… Rioo… Rikooo…


Cinta Monyet

Namaku Nur, Aku mempunyai Sahabat yang bernama Aini, Kita bersahabat dari kita kecil, semua rasa sudah kita lalui bersama, manis, pahit hidup selalu kita lalui bersama, tapi aku selalu ingin menjadi Aini karena dia selalu apa adanya, aku senang mempunyai sahabat seperti dia. Dia selalu mengutamakan orang lain dibanding diri sendiri, meskipun Aini tidak mempunyai ibu karena ibunya telah meninggal sejak dia lahir tapi dia tak pernah menganggap kesedihan itu ada.
Karena dari kecil kita selalu bersama, akhirnya orang tua kita pun menyehkolakan kita bersama di satu sekolah, tak di rumah maupun di sekolah kami selalu menghabiskan waktu bersama, karena Aini mempunyai sifat pemberani. Jadi dia selalu menjagaku, aku tak bisa bila tanpa dia. Tiap dia sakit aku selalu berpura-pura sakit juga biar kita gak masuk sekolah bareng, heehehehe.
Hamir 6 tahun sudah kita bersama, kita pun mulai berbicara mengenai lawan jenis kita, meski kita tak mengerti apa itu cinta tapi kita berusaha mencari tau, aku memiliki IQ diatas nilai rata-rata, maka dari itu di kelas aku yang mempunyai juara 1, karena aku paling pintar jadi aku memiliki ilmu yang sok tahu, hehehe aku berusaha mencari arti cinta itu apa.
Saking penasaran aku pun bertanya pada guru ku “Ibu aku ingin bertanya, apa itu cinta? Dan siapa yang menemukan cinta pertama?” guru ku pun hanya terrsenyum dan menjawab “cinta itu anugrah tuhan, sifatnya tak terlihat tapi bisa dirasakan di dalam hati”
Selain mepunyai sahabat, aku pun mempunyai teman bernama Deni, dia itu ganteng, baik dan juara 2 di kelas, aku bingung, tiap dekat dia terasa deg deg an di hati ku, apa ini cinta? Tanya aku pada hati ku, tapi aku tak begitu mengerti arti cinta, aku ingin menanyakan pada ibu guru tapi aku malu, akhirnya ku simpan rasa aneh ini. aku selalu ingin didekat Deni tapi hatiku bisa hancur karena rasa deg deg an ini.
Besok pun akan dilaksanakan Ujian Akhir Sekolah (UAS) aku pun harus tambah giat belajar lagi agar nilai ku memuaskan, aku putuskan untuk membuat jadwal dan di jadwal itu sengaja tak ku adakan untuk bermain dengan Aini karena bagi ku bermain hanya bisa membuang-buang waktu saja. semalaman pun aku sibuk belajar di kamar dan karena sudah terlalu malam aku langsung bergegas ke tempat tidur untuk memanjakan mata-mata ku ini.
Ayam pun sudan berkokok dan waktunya aku mandi, rapih-rapih pakai seragam dan berangkat ke sekolah. sesampai di sekolah aku langsung berbaris untuk meminta kartu ujian, Aini pun menyapa ku “kenapa kemarin kamu tak ke rumahku” jawabku “aku ingin serius dalam menghadapi ujian nanti” Aini pun hanya tersenyum dan bilang “sesudah ujian aku tunggu di kantin, ada yang aku ingin certain ke kamu” tapi setelah ujian aku malah belajar lagi dan lagi.
Bel pulang pun berbunyi aku langsung pulang tapi aku melihat Aini bersama Deni pulang bareng tanpa mengajakku “gak biasanya Deni pulang bareng Aini?” gerutu ku kesal dan kecewa, karena aku punya sifat yang judes dan langsung ku tegur “ngapain kalian pulang bareng? Tak mengajak ku pula” mereka hanya tersenyum dan malah gandengan tangan.
Hati ku pun kesal tapi tak ku tunjukan, entah mengapa air mata ku menetes, syukurnya aku membawa tissue dan langsung ku usap air mata ku, aku langsung lari menuju rumah dan tak pedulikan siapa pun yang ada.
Petang pun tiba aku langsung main kerumah Aini karena aku mau menanyakan kenapa mereka mesra tadi setelah pulang sekulah?. Sesampai dirumah Aini, aku pura-pura tidak menanyakan hal itu? tapi Aini yang menceritakannya bahwa mereka berdua berpacaran, aku kesal mendengarnya? langsung ku kasih pertanyaan yang telah lama ku tak mengerti: “memangnya kamu tau apa itu pacaran? Apa itu cinta? Contoh dan ciri-cirinya gimana? Memangnya kau pikir kau sudah pintar, pakai segala pacaran, pacaran kan dilarang oleh agama”. tapi Aini hanya tersenyum,
Jawab Aini “meskipun aku tak tau jawaban itu semua, tapi aku bahagia bersama Deni dan aku
tak ingin jauh darinya, hatiku deg deg an bila bersamanya tapi itu membuat aku nyaman”. Aku pun menjawab dalam hati: “jadi itu semua yang kurasa selama ini, itu semua cinta, cinta itu rumit karena tak bisa dihitung, tak bisa dibaca tapi dirasakan” hati ku tambah kesal merasakan kekecewaan ini tapi di sisi lain Aini itu sahabat ku, aku bahagia jika melihatnya bahagia, aku ingin menangis karena sakitnya hatiku, akhirnya aku pulang tanpa pamit pada ayahnya Aini.
Di kamarku yang indah penuh warna pink, aku hanya diam dan menangis, “padahal kan aku lebih cantik, pintar dan segalanya dari Aini tapi kenapa Deni lebih memilih Aini?” besok akan ku tanyakan pada bu Guru lagi biar ibu guru yang menjalaskannya.
Matahari pun terbit, pagi-pagi sekali aku langsung berangkat sekolah dan menyakan hal yang tak ku mengerti ini pada bu guru?, bertemu dengan bu Guru langsung ku pertanyakan hal rumit ini: “ibu, ibu milih Marsyanda apa Omaswati?”. ibu guru “ya Mashanda lah nak, memangnya kenapa?” tanyaku: “tapi mengapa Deni milih Aini dibanding aku?”. ibu guru pun menertawaiku? “ciiieee kamu suka pada Deni ya?” tanyanya. Aku tersenyum malu “waduh aku keceplosan. Guru ku pun langsung menjelaskan “cinta itu tak mandang fisik, cinta itu merasa bukan melihat”. setelah itu aku pun menyadari semua ini? dan guru ku pun menasehati “lebih baik kamu mengejar impian mu dahulu dari pada percintaan yang tak tau akhirnya kapan”


Arti Sahabat

Bastian singkap kembali tabir ingatannya. Cacha. Manis nama itu, semanis orangnya. Dialah kawan karib Bastian yang slalu diingatnya. Sudah enam tahun mereka mengenali antara satu sama lain. Kegembiraan dan keperihan hidup di alam remaja mereka jalani bersama. Tetapi semua itu hanya tinggal kenangan. Bastian kehilangan sahabat yang tak ada gantinya.
Peristiwa itu sudah 2 tahun silam. Sewaktu itu mereka berada di kelas. Bastian sedang memarahi Cacha karena mengambil pena kesukaanya tanpa izinnya dan meghilangkannya.
Apabila Cacha bertanya, dia hanya bilang dia akan menggantikannya. Bastian tidak ingin Cacha menggantikannya. Karena pena yang hilang itu adalah hadiah dari Cacha sewaktu mereka pertama kali menjadi sahabat karib. “aku tak mau kau gantikan pena itu! Pena yang hilang itu berharga bagiku!” bastian memarahi Cacha. “selagi kau tidak menemukannya, selama itu pula aku tidak bicara dengan kamu!” marah bastian.
Meja kelas pun dihentaknya dengan kuat hingga mengagetkan Cacha. Cacha dengan keadaan sedih dan bersedih hanya berdiam diri lalu beredar dari situ. Batian tau kalau Cacha pasti sedih mendengar kata kata itu. Bastian tidak berniat menyakiti hatinya tetapi waktu dia terlalu marah dan tanpa ia sadari, mutiara jernih membasahi pipinya.
“sudah beberapa hari Cacha tidak bersekolah, apakah ia sakit? Apa yang sebenarnya terjadi?” Benak pikirannya diganggu oleh beribu ribu satu pertanyaan. “Eh aku ingin ke rumahnya” bisik Bastian kepada hatinya. Tetapi niatnya terhenti disitu, dia merasa enggan. Tiba tiba telepon rumah bastian berbunyi. “KRING!! KRING!!” Mama bastian yang mengangkat telepon itu. “Tian.. oh tian..” teriak mamanya. “cepat kau ganti bajumu. Kita akan pergi ke rumah Cacha Kakaknya Cacha menyuruh kita pergi ke rumahnya sekarang juga” suara mama bastian tergesa gesa menyuruh anaknya itu. Tiba tiba jantung bastian berdegup kencang tak pernah ia rasakan itu. Ini pasti ada sesuatu yang buruk terjadi. “Ya tuhan, kau tentramkan hati ini. Apapun yang terjadi aku tau ini ujian mu. Kau selamatkanlah sahabat ku” doa bastian selama perjalanan ke rumah Cacha.
Setibanya disana, rumahnya dipenuhi dengan sanak saudara. Bastian terus berlari menuju Bunda Cacha dan bersalaman dengan ibunya seraya bertanya apakah yang terjadi. Bunda Cacha dengan nada sedih memberitahu bastian bahwa “Cacha tertabrak oleh mobil saat ingin menyebrang jalan berdekatan dengan sekolahnya. Dia memang tidak sehat tapi dia tetap ingin ke sekolah. Katanya ingin berjumpa dengan kamu. Tapi keinginannya tidak sampai. Sapai saat dia menghembuskan nafasnya, kakaknya yang ada di sisinya melihat sebuah surat yang ia genggam di tangannya” isak bunda Cacha sambil memberikan surat yang ingin diberikan kepada bastian. Di dalam surat itu terdapat penaku. Di situ juga ada note dari ipadnya.
Isi surat yang diberikan.
“bastian bintang, aku minta maaf karena membuatmu marah karena menghilangkan penamu. Setelah engkau memarahiku, aku pulang dari sekolah sewaktu hujan lebat menemukannya. Tapi aku tak putus asa. Di rumah aku, aku tidak menemukannya. Tapi aku gak putus asa dan terus mengingatnya dan aku teringat, penamu ada di meja Science Lab. Itu pun agak lambat ingin ke sekolah karena kurang sehat, tapi dengan bantuan salsha dia coba untuk carikan. Pena itu Salsha temukan di kolong mejamu. Terima kasih kamu sudah menjaga pena dariku dan persahabatan yang terjalin selama setahun. Terimakasih sekali lagi karena selama ini mengajariku tentang arti persahabatan.
Cacha”
Kolam mata bastian dipenuhi mutiara jernih yang akhirnya jatuh berlinangan dengan derasnya. Kalau boleh, ingin dia meraung sekeras kerasnya. Ia ingin memeluk tubuh Cacha dan memohon maaf tapi apalah daya semuanya sudah terlambat. Mayat Cacha masih di rumah sakit. Tiba tiba dentuman guruh mengejutkannya. Barulah ia sadar ia hanya mengenang kisah silam. Persahabatan mereka lebih berharga dari pena itu. Bastian menyesal dengan perbuatannya. Dia berjanji peristiwa itu takkan terulang kembali. Semenjak itu bastian lebih sering beribadah dan mendoakan Cacha. Hanya dengan inilah Bastian bisa membalas jasanya Cacha dan mengeratkan persahabatannya.




DI liburan yang lumayan panjang ini aku menyempatkan pergi berlibur ke puncak. Tepatnya pukul 06.00 pagi aku berangkat ke puncak bersama keempat kawanku, yaitu Andi, Nino, Wina dan Puri.
“Wihiii… Liburan ke puncak!” seru Nino sambil meloncat loncat kegirangan.
“Ih biasa aja lo No. sebenernya aku gak pingin sih liburan ke puncak, karena sudah sering banget aku kesini kalau liburan. Huft!” Keluh Wina.
Sebelumnya namaku Robert. Aku masih bersekolah di Sekolah Menengah Pertama. di daerah Jakarta Selatan. Dan di liburan ini aku mengajak kerabat dekatku untuk berlibur ke puncak dengan mobil pribadiku.
Sesampainya di villa kami langsung menaruh barang-barang kami di dalam villa tersebut. Villa yang lumayan kuno. Sebenarnya aku sudah merasakan hawa yang tidak enak di villa itu, tetapi ku hiraukan karena mungkin hanya perasaanku.
Di dalam villa yang cukup besar itu ada 5 kamar tidur, 2 kamar mandi, 1 dapur, 1 ruang tamu yang cukup luas dan megah dan 1 dapur. Di villa itu terdapat juga kolam renang tepatnya di halaman belakang.
“Win, sini deh, aku nemuin boneka unyu ini. Boneka anak kecil, sayangnya udah lusuh” kata Puri sambil menggendong boneka itu.
“Eh, taruh lagi boneka itu Pur! Itu bukan punya kita!”
“Iya, iya.. bakal aku kembaliin kok” kata Puri sambil memelas.
“Puri! Wina! Dimana kalian? Cepet kesini!” Teriakku dari ruang tamu.
Aku pun memberitahu mereka akan rahasia di villa ini bahwa ada seorang anak kecil Belanda yang meninggal karena bunuh diri dan arwahnya berada dalam suatu benda. Maka di villa ini dilarang mengambil barang yang bukan miliknya. Teman-temanku pun agak ketakutan saat mendengar ceritaku akan villa ini.
Malam pun tiba. Kami pun kelelahan sehabis berjalan-jalan ke daerah sekitar puncak yang asri dan indah. Dengan pohon rimbun, bunga-bunga terhampar pada sebuah taman, ditambah dengan langit yang cerah tanpa awan.
Aku, Andi, dan Nino sekamar di bagian kamar depan yang lumayan besar. Dan Puri dan Wina berada di kamar bagian tengah. Suasana rumah pun menjadi suram saat malam tiba.
Aku dibangunkan oleh Puri dan Wina yang menyusul karena mendengar bunyi-bunyi aneh dari bagian dalam rumah. Kami berlima pun tidur bersama.
Aku pun terbangun di tengah malam. Dan kulihat jam dinding menunjukkan pukul 01.15. Aku mendengar tangis anak kecil, sungguh membuat bulu kuduk merinding. Tapi tak kuhiraukan karena aku sebenarnya takut saat itu. aku pun terbangun untuk kedua kalinya di malam itu, suara itu semakin jelas terdengar. Aku mencoba untuk memeriksa keadaan. Kulihat ada boneka yang sangat lusuh tergeletak di sudut ruangan. “Kok ada boneka disini?” tanyaku dalam hati heran.
“Clakkk.. Claaakkk…. Clakkk.. Huuuhuuuhuuu… Huuu huuu huu..” suara aneh yang berasal dari boneka ini membuatku ketakutan setengah mati. “Tolong jangan ganggu aku! Tolong!”. Seorang anak kecil laki laki berparas pucat pasi dan memiliki banyak luka di sekujur tubuhnya mendekat dari sudut ruangan di mana boneka lusuh itu tergeletak. “Pergi dari sini, Pergi dari sini” suara mendesah hantu itu sangat membuatku ketakutan.
“Bbbb… bbaa…aik.. baik.. Ssss..saya akan pergi dari sini secepatnya!” Jawabku dengan terbata bata. Dan hantu itu pun lenyap, bersamaan dengan lenyapnya boneka lusuh itu. Aku pun segera lari terbirit-birit ke kamarku untuk membangunkan teman-temanku.
“Hoyy!! Andi! Nino! Wina! Puri!! Bangunn ceppeeett!!! Bangunn!!!” Sambil menepuk-nepuk badan tubuh temanku satu persatu.
“Ada apa sih Bert? Masi ngantuk nih!” Ucap Wina sambil mengucek ucek matanya. “Kita harus pergi dari sini! Sekarang!” Kataku dengan wajah panik. “Halah, kita kan baru 1 hari disini” Ucap Andi. “Pokoknya kita pulang sekarang! Sebelum hal yang buruk terjadi pada kita.”
Akhirnya teman-temanku pun setuju dengan perkataanku dan aku pun segera menyalakan mobil dan pergi dari villa itu. Sungguh tampak mengerikan villa itu dari luar. Aku pun melihat anak kecil Belanda itu sedang berdiri di depan pintu rumah sambil memegang boneka lusuh itu di tangan kirinya.
-Tamat-


Pacaran

“wooy… bangun” teriak Tito di telingaku.
“iya… Gak usah di telinga kenapa sih. Ada apa? Tumben siang begini udah nyampe kosan”
“jadi begini. Sebenernya aku tu masih ada kuliah dan tentorku, mas Abdullah menjadi pembicara di tabligh. Biar rame kamu ikutan ya! Takutnya yang hadir sedikit”
“lagian, siapa yang mau datang coba? Jam segini enaknya tidur”
“ayolah! lumayan kan nabung pahala”
“iya deh, aku siap-siap dulu” aku segera ganti baju, dan kami berangkat ke kampus bersama.
“makasih ya gus. Nanti isi tablighnya sampaikan ke aku ya!”
“iya. Buruan! kamu udah telat” kami berpisah di pertigaan. Tito masuk kuliah dan aku ke masjid. Ternyata tablighnya sudah dimulai dan ramai. Pantesan, tentornya Tito ini banyak yang suka. Orangnya berwibawa dan dakwahnya bagus juga.
Dalam firman Allah, surat Al-Israa ayat 32
Dan janganlah kamu mendekati zina; sesungguhnya zina itu adalah suatu perbuatan yang keji. Dan suatu jalan yang buruk.
Dikatakan janganlah kamu mendekati zina. Ini merupakan larangan mendekati zina. Mendekati zina saja dilarang, apalagi berzina. Nah kamu yang paku baju biru” mas Abdullah mengagetkan, beliau menunjuk orang di sebelahku yang tengah tidur.
“iya, maaf” dia bangun dan mengelap ilernya dengan tisu.
“apa saja si yang mendekati zina?”
“teman tapi mesra, pacaran, kakak adean beda keluarga, ya apa pun lah yang menghalalkan bukan mahram tanpa pernikahan untuk melakukan yang haram”
“kamu yang sebelahnya. Setuju gak sama temen kamu yang di sebelah” beliau menunjuk aku
“saya kurang sependapat, kalau pacaran sama kakak adean tapi jaga jarak gimana?”
“siapa nama kalian?”
“saya Albab”
“saya Bagus”
“kalian sudah saling kenal”
“belum mas” kata Albab cengar-cengir
“kenalan dulu” kami pun bersalaman.
“okey, si Bagus tanya kalau pacaran sama kakak adeannya jaga jarak gimana? memang Islam tidak mengenal pacaran, kakak adean atau pun teman tapi mesra. Tapi Islam melarang berduaan atau hal-hal yang mendekati zina seperti bersentuhan dan alangkah baiknya orang yang menjaga kehormatannya. Jadi tinggalkanlah pacaran, dan istilah-istilah semacamnya”
“termasuk pacaran Islami ya mas?” tanya orang di belakangku.
“itu terdengar pacaran yang di islamkan atau bagaimana?”
“iya begitu”
“Islam tidak mengenal pacaran, dan jangan dibuat-buat!” mas Abdullah tersenyum, orang itu menganguk.
“apa ada yang mau bertanya? Atau menangapi mungkin?” suasana menjadi sunyi.
“baiklah kalau begitu, akan saya lanjutkan…”
Kemarin sore, ditemukan Q dan Z meninggal dunia dalam kamar hotel. Pasalnya sudah seharian mereka tidak keluar dari hotel dan setelah ditelusuri mereka bukanlah pasangan suami istri…
“inalillahi wa inaillaihi rajiun. ini, gus sudah baca koran belum?” Tito memberikan koran kepadaku.
Tidak terasa air mataku menetes. “kamu nangis gus? Cengeng banget sih” Tito menyodorkan tisu kepadaku.
“mau dibawa kemana bangsa ini? Jika moral masyarakatnya seperti ini”
“itu kan cuma sebagian kecil gus”
“tapi ini merupakan contoh, cerminan masyarakatnya. Sudah 63 tahun Indonesia merdeka. Yang diharapkan para pahlawan bukanlah seperti ini”
“mestinya kita isi kemerdekaan ini dengan hal-hal yang positif”
“merdeka”
“kalau begitu bantu aku mengerjakan tugas ini”
“baiklah” Tito membantuku mengerjakan tugasku. “oh iya gus, isi tabligh kemarin apa?”
“membahas surat Al-Israa ayat 32”
“tentang apa?”
“larangan mendekati zina dan yang menarik ada yang menanyakan pacaran islami”
“oh ya? Terus bagaimana?”
“pada intinya Islam tidak mengenal pacaran dan tidak ada larangannya. Yang dilarang mendekati zina dan agar kita menjaga kehormatan diri”
“aku setuju, ini kerjain”
“iya-iya”
Aku sih mau aja, tapi ada syaratnya
Apa?
Bacalah!
Yang bertandatangan di bawah ini menyatakan menyetujui pacar kontrak selama sebulan dengan syarat sesuai dengan syariat agama, tidak melanggar moral, aturan pemerintah.
Jakarta, 23 September 2012
Mira
Zaki
“Apa sih yang kamu tonton coba?”
“pacar kontrak”
“sinetron ni, berlebihan lagi. Sejak kapan pemerintah punya peraturan tentang pacaran? Terus melangar syariat agama. Udah tahu itu membahayakan diri. Kenapa masih dijalani. Yang diatur kan pernikahan”
“lagi seru ni”
“matiin aja, ini film ngerusak. Bisa jadi setan, menghalalkan segala cara untuk pacaran”
Tangerang Selatan, 17 Agustus 2013 pukul 4:38


PHP Pertama

“Ayo put, ayo buruan ada anak baru disini!”
“Tunggu kenapa nad, anak baru doang sih bukan artis”.
Perkenalkan namaku Puri Nur Hidayah, panggil saja aku Puput. Nah, yang aku panggil nad itu si Nadia Puspita, sahabat ku dari SD.
“Ih buruan, ini cowo loh kece lagi, lu gak mau liat, ya udah kalo gitu BYE!”
“Yehh, males gue kesono rame, mending di kelas ajeh deh”.
Aku aneh dengan cewe cewe di sekolah ku kok pada tertarik ya sama dia, aku memang mempunyai sifat gak peduli dengan cowo, dan aku juga tomboy padahal nama ku cewe banget kan, aneh kan.
“Kriing.. Kriing” *Bel masuk kelas.
“Mana lagi si nad, lama amat, padahal sudah bel. Ah ya udah lah gue tinggal saja”
Setelah aku ke kelas, lalu si Nadia menyusul ku bersama anak baru itu. Ehhmm.. aku lihat-lihat sih dia memang kece badai, eh dia duduk di belakang ku. Lah kok aku jadi deg-degan gini ya, ah jangan sampai deh, bisa-bisa di PHP-in.
“Kriing.. Kriing” *Bel istirahat.
“Eh, cewe yang duduk di depan gue” waktu ingin ke luar kelas, si anak baru itu manggil kita, ya aku tenggepin.
“Siapa? Gue apa si Puput?” Jawab Nadia.
“Oh, yang samping lu itu si Puput, kalau lu siapa?”
“Gue Nadia” Jawab Nadia
“Sini lu berdua” Sahut dia. Ih, ini baru anak baru saja songong banget (Di dalam hati ku).
“Paan?” Jawab ku dengan agak kesel.
“Sini duduk deh, gue bagi nope lu berdua dong, ni disini” Perintah dia
“Buat apaan? lu naksir sama kita berdua?” Tanya aku dengan ketawa
“Hah? naksir sama lu berdua? Gak banget! Ini gue bagi nope lu buat nanyain PR, gue tau gue tu kece jangan nge-FLY deh” Jawab dia
“Ya udah sih! Ni! Ni Nad tulis. Nama lu siapa?”
“Nama gue Satrio” Saat bersalaman sama dia rasanya ada sesuatu yang aneh yang belum aku rasakan.
“Ciee..” ledek Nadia
“Ish apaan sih, yuk ke kantin” Jawab ku dengan kesal.
Besok Harinya.
Pulang sekolah, tiba-tiba si Satrio ngajak aku pulang bareng berdua naik motornya dia. “Eh Puput, pulang bareng yuk, naek motor gue” Tawar Satrio.
“Ciee, sana bareng” Ledek Nadia.
“diem gak lu nad. Emang rumah lu di mana” Tanya ku.
“Gue tetanggaan sama lu, gue kemaren liat lu habis pulang sekolah ngerti. Udah buruan naik!” Jawab Satrio.
Entah mengapa hati ku ini ingin tidak menolak tawarannya dia apakah ini namanya CINTA? Ya ALLAH.. “Ehhmmmm.. Ya udah deh”
“Ya udah, ayo naik”
“Dada Puput sayang, smoga bahagia ya.. Haha”
Hari ini adalah hari yang paling menyenangkan. Entah mengapa hari ini lebih berbeda dibanding hari yang lainnya. Apa semua ini gara-gara adanya Satrio si cowo kece ini. Entahlah yang jelas hari ini beda.
“Kiirng.. kriing” HP ku bunyi, ternyata Satrio menelfon ku, hati ini semakin deg-degan entah mengapa? “Halo, Assalmualaikum” Ku angkat telfon nya.
“Walaikum salam, aku ganggu kamu ya?”
“Ehhmmm engga, ada apaan ya?”
“Engga, lu besok sore ada acara gak?”
“Ehmm kayaknya enggak, emang nya kenapa?”
“Gue mau ngajak lu ketemuan di taman, bisa nggak lu?”
“Bisa, jam berapa?”
“Ehhmm, jam 3 aja ya”
“Okey”
“assalamualaikum”
“Wa’alaikum salam”
Ehhmmm, seneng nya besok diajak ketemuan di taman pula, ah jadi nge-FLY nih. Jangan-jangan dia nembak aku lagi, Ih..
Besok sorenya di Taman
“eh gue mau ngomong sama lu”
“Ngomong aja” Aduh makin deg-degan aja.
“Lu udah punya pacar belum?”
“Kenapa memang nya?” *Dagdidug*
“Lu mau engga pacaran sama teman gue, ganteng juga orangnya, mau gak?”
Hati ku rasanya terpotong-potong, sakiit.. mungkin aku memang terlalu nge-FLY. “Apa? lu ngomong gitu doang. Gue kira Lo.. Sakit hati gue.. Lo..”
Kamu emang bisa ngerti sama apa yang Aku rasain…. tapi apa Kamu bisa mahamin? apa Kamu bisa ngerasain sama apa yang Aku rasain? harus berapa kali airmata ini jatuh karena Kamu.
– TAMAT –


Bunga Terakhir

Seikat bunga mawar, banyak orang berfikir tentang keindahan bukan tentang perjuangannya. Adakalanya benar, tetapi tidak dengan gadis yang bernama Melati. Namanya Melati, seorang gadis tanggung dan dewasa untuk seumuran dia. Gadis berambut panjang terurai dan kulit agak menghitam. Seorang gadis yang menjadi korban tipu daya mawar atau bisa dibilang gadis yang melawan ganasnya kehidupan perkotaan dengan kuncup demi kuncup mawar.
“kamu harus bekerja, Melati” ujar lelaki berjanggut tebal dengan muka merah padam.
“tapi, Melati masih SMA dan dia harus preapare untuk UN yang diadakan sebentar lagi, Melati pasti sibuk sana sini pak” bela perempuan di sisi Melati.
“jangan kau manjakan anakmu yang satu ini”.
Memang dengan ibunyalah Melati hidup. Sifat bapaknya yang keras dan sedikit arogan membuat kedekatan Melati dengan ibunya seperti tak terpisahkan. Kalau bisa di misalkan kedekatan mereka seperti bunga dengan kumbangnya, saling mempunyai kelebihan, bermanfaat, dan saling membutuhkan. Menurut Melati ibunya tempat curhatnya, tempat mengadu, guru private, koki, tempat manja, pokoknya segalanya adalah ibunya.
“pendidikan itu penting, pak”
“lagipula aku takut tak mampu membagi waktu” ujar Melati.
“tidak ada alasan lain”, “Melati bekerja atau mati kelaparan”
“kita musyawarahkan bersama pak, tidak asal ucap dan kecewa di akhir jalan pak, aku tak mau pak”
“TIDAK” sebuah kata yang langsung membungkam detak jantung dan hela nafas seisi ruangan.
“pak” gumam Ibu lirih.
“bapak egois” bentak Melati yang tak lagi mampu menahan emosinya yang meluap luap dan pergi meninggalkan suasana yang bisa dibilang penuh tensi tinggi itu dengan sejuta sedih yang harus dipikulnya sendirian.
Hari berganti hari, bulan berganti bulan, seorang Melati yang cerdas dalam bidang akademik pun kini tinggallah bayang masa lampau. seorang Melati yang menjadi kebanggan sekolah pun kini tinggallah kenangan yang menjadi pecut Melati dalam melakoni kehidupannya yang masih panjang, mungkin ini hanya sebuah kerikil di antara karang yang siap menyatroni kehidupannya di masa yang akan datang, itulah yang selalu ada di benaknya.
Kehidupannya berubah 180 derajat, yang dulu digandrungi bahkan dicari kesana kemari, kini Melati tak ayal seperti bunga layu yang teronggok di tepi jalan yang berdebu dan dekil. Prestasi akademiknya melorot jauh seiring beban menjadi seorang pelajar yang harus dibarenginya dengan lakon sebagai penerus nafas keluarga.
“bunganya pak, buk, bunganya masih segar” Melati mencoba menawarkan setangkai demi setangkai mawar di antara jutaan lalu lalang manusia.
Entah mengapa Melati memilih profesi ini. profesi yang bisa dibilang SANGAT tidak menguntungkan. Tetapi menurutnya, bunga mawar adalah perwujudan dari dirinya, lebih tepatnya perjalanan hidupnya. Sebuah harapan yang dilalui dengan perjuangan keras untuk melalui duri-duri tajam di tangkai untuk menuju pengharapan di helai kelopak mawar.
“tolong bunganya bu dibeli, masih segar juga bunganya” Melati mencoba menawarkan bunganya ke ibu muda yang lewat di depan matanya.
“bunga segar?, bunga jelek begini dibilang segar, hahahaha” ledek ibu muda tersebut.
“tapi ini bener masih segar bu, lagian saya baru saja ngambil di toko bunga bu” .
“dasar anak bodoh, cantik cantik dungu”
“mending aku beli di toko bunganya langsung, daripada beli di kamu, bunga sama penjualnya sama-sama buluknya” ibu muda tersebut pergi meninggalkan Melati yang masih tercengang dengan ucapan ibu muda tadi.
“Ya Tuhan” gumam Melati lirih di antara tetes air matanya yang deras mengalir.
Tubuhnya tak mampu lagi menopang badannya yang terus melemas. Ratapan tak henti hentinya mengalir dari mulut Melati.


Hanya Sebuah Mimpi

Pagi ini, di ruangan ini, dan di ranjang ini. Lagi-lagi aku harus membuka mata dan menghirup udara yang tak jelas baunya. ya, ini bau rumah sakit. Sudah satu minggu ini aku terbaring di ranjang yang sama sekali tak empuk ini, sangat beda dengan ranjang yang ada di kamarku. Aku benci. aku benci dengan keadaan ini.
“Hai, kamu udah bangun?” Tanya cowok yang sebenarnya tak kuharapkan sedikit pun. aku benci dia. Sama seperti aku membenci hariku dan keadaanku sekarang ini.
Seperti biasa, dia meletakkan setangkai mawar merah di vas yang memang sudah disediakannya terlebih dahulu. Setiap pagi dia datang dengan setangkai mawar merahnya. Wajahnya yang selalu berhiasi senyuman mungkin akan melunakkan setiap hati cewek-cewek yang melihatnya. Begitu juga denganku.
“Sudah kubilang kamu gak usah kemari kan?” Kataku sedikit membentak. Dia hanya tersenyum, kemudian berjalan menghampiriku, duduk di sampingku dan berkata “suster udah kemari tadi dek?” Jujur, aku benci panggilan itu, kenapa dia harus mengucapkan kata yang jelas-jelas sangat aku benci itu. “aku benci kamu, pergi sana!!” Bentakku, sembari menolak lengannya yang berada di atas ranjang tempat sekarang aku meletakkan tubuhku. “Aku sayang kamu” katanya. Apa dia tak tahu, betapa sakitnya hatiku mendengar kata itu. “kalau sayang kenapa panggil adek?” Tanyaku, jujur setiap melihatnya aku tak tahan untuk menangis. Saat ini rasanya aku ingin menangis dan memeluknya seperti dulu lagi.
Dia adalah bagas, dia kakak kelasku sewaktu di Sma. Saat pertama kali aku menginjakkan kaki di sekolah baruku sambil mengenakan seragam baru, aku sudah menyukainya. Sepertinya dia peka terhadap pandangan dan tatapanku ini. Karena, seminggu aku berada di sekolah baruku. Dia menyatakan perasaannya padaku, jelas saja aku menerimanya dan kami pun jadian.
Dia cowok yang baik, tampan, keren dan sangat populer di sekolahan. Aku sangat beruntung bisa memilikinya, dia sangat perhatian, baik dan sepertinya dia bangga memilikiku. Aku sangat senang. Tapi, kesenaganku itu tak bertahan lama. Seminggu setelah haru kelulusanku di Sma, aku mendapati kenyataan bahwa dia adalah abangku, abang kandungku. Betapa tidak sakit hatinya aku, di saat aku sudah bermimpi akan membangun kehidupan di masa depan dengannya dan sudah sangat mencintainya, tiba-tiba aku mendapat kabar dari ibuku bahwa dia adalah abang kandungku.
Ayah bagas dan ibuku bercerai setahun setelah kelahiran bagas. Setahun kemudian, ibu menikah dengan ayahku. Artinya, aku dan bagas satu ibu, satu perut. Apa bisa kami melanjutkan hubungan ini ke jenjang yang lebih serius, dimana kami sudah berhayal tentang masa depan yang akan kami bangun berdua.
Setelah mendengar kabar itu, aku benar-benar depresi dan tak tahu apa yang harus aku lakukan. Pikiranku sangat pendek dan terus berpikir bahwa bunuh diri adalah jalan satu-satunya. Aku tak bisa membayangkan, sepuluh tahun lagi atau beberapa tahun lagi melihat dia bersanding dengan cewek lain, aku tak tahu betapa sakitnya dan hancurnya hatiku. Lebih baik aku mati.
Meminum racun adalah cara bunuh diri yang paling mudah, pikirku. Tapi, bayanganku tentang kematian seketika sirna saat samar-samar aku melihat kehadirannya, kemudian membawaku ke tempat yang sekarang ini sangat kubenci.
Aku mencoba untuk membenci orang yang sangat aku cintai itu, aku tak tahu seberapa lama aku bisa menghilangkan rasa yang sangat dalam ini. Tapi sepertinya tak bisa, setiap hari dia terus datang memberikan perhatian yang sama bahkan lebih, bagaimana bisa aku membencinya. “Kamu sayang sama aku sebagai apa?” tanyaku dengan kepala tertunduk tak berani menatap matanya yang memancarkan kehangatan itu. Dia tak menjawab, keadaan hening sebentar. kemudian dia keluar dari ruanganku. Saat dia keluar, aku ingin sekali menghentikannya, ingin sekali menyuruhnya agar terus disini bersamaku, menggenggam tanganku ini.
Tak berapa lama dia masuk, dengan membawa semangkuk bubur dan secangkir air putih untukku. “Kamu makan ya?” Katanya menyodorkan sesendok bubur kearahku. “A…ku… sayang kamu” bibirku seakan menolak untuk mengatakan kalau aku membencinya, karena hatiku terus mendesak untuk mengatakan bahwa aku mencintainya. Dia terdiam, aku tahu dia juga sedih. Dia juga tak menerima keadaan dimana aku adalah adik kandungnya.
Walau aku tak yakin, tapi aku akan berusaha untuk melupakannya, menghilangkan perasaan yang sangat dalam ini dan akan membiasakan diri dengan keadaan baru, bahwa sebenarnya dia adalah abang kandungku.