Rabu, 24 September 2014

Kumpulan Anekdot



Bikin Undang-undang

Steve dari luar negeri berkunjung ke rumah saudaranya yang bernama Asep. Pada suatu pagi yang sepi, Steve diajak jalan-jalan naik mobil oleh Asep. Di perempatan jalan, lampu merah menyala, namun Asep tetap melaju. Steve kemudian menegurnya.

Steve: Tadi itu lampu merah, kenapa tidak berhenti?
Asep: Tenang saja, di negara ini aku bisa bikin undang-undang kok.
Steve: Maksudmu gimana? Bukannya Undang-undang itu bikinan DPR?
Asep: (Menghentikan mobilnya di tepi jalan.)
Steve: Kenapa berhenti?
Asep: Mau jawab pertanyaanmu.
Steve: Apa coba?
Asep: (Mengambil dompet di saku celananya dan menunjukkannya kepada Dodi) Ini jawabannya!
Steve: Oh begitu.



Hukuman bagi Pencuri Sandal

Suatu hari di pengadilan seorang yang diduga mencuri sandal protes karena hukumannya terlalu berat.
Terdakwa: Pak, saya keberatan. Saya kan cuma mencuri sandal, masa sampai dihukum lima tahun.
Hakim: Itu sudah sesuai Undang-undang.
Terdakwa: Lalu kenapa orang yang korupsi milyaran cuma dihukum beberapa tahun saja, bahkan ada yang bebas berkeliaran.
Hakim: Itu beda.
Terdakwa: Beda gimana, lha wong malah itu lebih parah. Kalau saya mencuri sepasang sandal, saya cuma merugikan satu orang saja. Nah, kalau para koruptor, mereka mencuri uang rakyat.
Hakim: Nah, maka dari itu hukumannya ringan.
Terdakwa: Saya tidak paham maksud Pak Hakim.
Hakim: Begini, kalau sandal misal harganya Rp 10.000, maka orang yang kamu curi sandalnya berarti rugi Rp 10.000. Kalau koruptor korupsi uang Rp 10 milyar, dan jumlah penduduk di negeri ini 200 juta, berarti masing-masing orang cuma rugi Rp 50. Coba kamu bandingkan lebih banyak mana?


Pelajaran Bahasa Inggris

Ada tiga sahabat, mereka adalah Si Amang, Chalo, dan Ingu-san. Setiap minggu mereka mendapat  3 pertemuan pelajaran Bahasa Inggris di kelasnya. Guru mereka adalah Mrs. Sleepe. Hari itu adalah pertemuan kedua mereka mendapat pelajarannya. “Okay, now let’s discuss about Procedure Text. Procedure Text consist of……#@!,” jelas Mrs. Sleepe, “Oh, I want to introduce myself and my family. He is my son, he is my husband…@#!. ” Mrs.  Sleepe menceritakan tentang keluarganya hampir sepanjang pelajaran berlangsung, bahkan materi yang disampaikannya sempat diulang-ulang. Si Amang, Chalo, dan Ingu-san benar-benar suntuk mendengarkan penjelasan gurunya itu. “  Pertemuan yang akan datang kalian harus menyiapkan Procedure Text buatan kalian sendiri, tema bebas, isinya tentang sesuatu yang sangat diperlukan di kelas kalian saat ini,”  perintahnya.
            Keesokan harinya.  “Si Amang, tolong beritahu judul procedure text mu,” ujar Mrs Sleepe. “How to Teach the Students Well,” jawab Si Amang dengan lantang.  “Good, how about you, Chalo?” Dengan keras pula ia menjawab,  “Sama  Bu.” “How about Ingu-san?” “Me too,” jawabnya


MIRIP POLITIKUS

Suatu hari, tiga orang siswa tengah duduk di depan kelas sambil menikmati jam istirahat. Mereka adalah Liyu, Kiya, dan Yuto. Karena merasa bosan, Kiya berfikir untuk melakukan sebuah lelucon. Kiya berkata, “Hoy–hoy! Aku punya lelucon loh!”. Liyu dan Yotu menatap Kiya dengan berkedip dua kali. “Lelucon apa?” tanya Liyu. “Kalian tahu nggak kalau sekolah kita itu punya orang-orang yang mirip dengan politikus?” tanya Kiya. Liyu dan Yuto menggeleng. “Haha! Baiklah, akan aku beritahu. Politikus yang pertama adalah Pak SBY! Ayo tebak siapa yang mirip dengan Presiden kita?” tanya Kiya. Liyu dan Yuto serempak berkata, “Siapa?”. “Pak Kepsek! Haha.. lihat wajahnya, bulet-bulet! Hihi “ jawab Kiya sembari tertawa sendiri. Liyu dan Yuto hanya terkekeh. “Nah, sekarang tebak! Kalian tahu kakak hantu bersepatu biru?” tanya Kiya. Liyu dan Yuto sontak mengangguk. “Dia itu mirip politikus terkenal, hobi dan kegiatannya mirip!” kata Kiya penuh ekspresi. “Hah? Benarkah? Memang kegiatan apa yang mirip?” tanya Yuto diangguki Liyu. “Twitteran!” jawab Kiya, “Tweet mereka juga sejenis lho!” jawab Kiya. “Hah? Memangnya siapa sih?” tanya Liyu dan Yuto bersamaan. Kiya tampak terkekeh. “Tahukan idolanya Al anaknya Ahmad Dhani? Itu loh, Farhat Abas? Haha miripkan mereka?! Hahaha” Jawab Kiya kemudian terbahak sendiri. Liyu dan Yuto hanya mengehela nafasnya kemudian pergi meninggalkan Kiya yang masih terbahak. Akhirnya lelucon pun gagal. (15 Januari 2014)


sesuai pengalaman jombang drift gue. gue semakin terpaxu untuk nge drift menggunakan sepedah. dengan teman-teman smp gue, gue nge drift bareng mereka. tapi, setelah jaman smp akan berkhir, mereka malah memakai sepedah motor sehingga hanya gue yang memakai sepedah. gue jadi bahan tertawaan.
gue di bilang anak cemen lah, anak mamilah, atau apalah.tapi, gue emang ga mau pakai sepedah motor. karena gue termasuk anak yang taat aturan negara. bahawa anak di bawah 17 tahun ga boleh naik sepedah motor. itupun karena orang tua gue yang melarang.makanya mendingan gue naik sepedah pancal
selesai ujian nasional. gue beranikan diri untuk belajar sepedah motor. itung2 untuk merubah nasib gue. oh ya, wkt di artikel jombang drift gue salah ketik harusnya, kita tidak boleh ceroboh dan bertindak vulgar di jalanan. maaf,gue juga manusia
setelah 1 bulan, gue akhirnya menguasai motor. dan, gue pun pindah ke kota malang untuk mengubah nasib gue. Dan di malang ini gue bertekad untuk menciptakan anekdot2 yang lebih lucu dan menyindir yang merasakan, nikmati blog gue ya. dan semoga di Malang terjadi MALANG DRIFT. Terima Kasih


Suatu ketika, ada seorang anak bernama einstein. Dia banyak di ledek karena namanya seperti Albert Einstein. Teman-temanya pikir, dia tak sepintar Albert Einstein. Namun, yang terjadi justru sebaliknya
Guru : “Anak-anak, ayo keluarkan tugas yang kemarin diberikan. Sudah di kerjakan kan??”
Murid : “Sudaah......!!!!”
Guru : “Baiklah. Saya periksa ya”
Murid-murid terdiam. Betapa terkejutnya guru tersebut ketika melihat pekerjaan  semua murid yang mengumpulkan. Namun, hanya tugas Einsteinlah yang mendekati sempurna. Hingga pada akhirnya........
Guru : “Saya sangat kecewa dengan pekerjaan kalian! Harusnya kalian menjabarkan. Kenapa rata-rata jawabnya hanya 1 kalimat????”
Murid : “..................”
Guru : “Einstein, selamat! Hanya tugas kamu yang mendekati sempurna”
Einstein : “Iya bu. Terima kasih”
Guru : “Menurut kamu Einstein, bagaimana dengan teman-temanmu ini???”
Einstein : “Saya rasa mereka terkena tanda-tanda pemalas bu”
Guru : “Loh,kok bisa?????”
Einstein : “Iya bu.Tanda-tanda pemalas kan biasanya suka mempersingkat apa yang harus dikerjakan,suka menunda-nunda,acuh tak acuh,mementingkan kepentingan pribadi,di kelas suka bermain ponsel (karena boleh membawa ponsel) ,suka berhubungan dengan pacarnya, suka lirik-lirikan dengan lawan jenis,banyaklah bu”
Guru : “Loh,jadi kalau saya main ponsel untuk berkomunikasi dengan suami saya,saya seorang pemalas???”
Einstein :  “Iya.betul sekali....Sudah jelas di depan pintu atau di mading tertulis “matikan ponsel saat kegiatan belajar mengajar””
Guru : “&(!@&^%(*%$#%^!!!!!!!!.....”

Memang tidak ada manusia yang sempurna. Banyak yang menomor satukan kepentingan pribadi daripada kepentingan orang lain yang membutuhkan......

 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar