Selasa, 28 Oktober 2014

Kebudayaan Kota Demak



Kebudayaan Kota Demak
Demak merupakan kerajaan Islam pertama dipulau jawa dengan rajanya Raden Fatah. Demak, selain sebagai pusat pemerintahan, juga menjadi pusat penyebaran agama Islam dipulau Jawa yang dipelopori oleh Wali Sanga. Bukti peninggalan sejarah masih berdiri dengan kokoh sampai sekarang, yaitu Masjid Agung Demak. Bahkan ada salah satu anggota wali sanga tersebut bermukim sampai akhir hayatnya dan dimakamkan di Kadilangu Demak, yaitu Sunan Kalijaga. Menurut cerita, Kadilangu semula adalah daerah perdikan sebagai anugrah dari Sultan Fatah kepada Sunan Kalijaga atas jasa-jasanya dalam mengembangkan agama Islam dan memajukan kerajaan Demak.
Berbagai upaya dilakukan oleh para Wali dalam menyebarluaskan agama Islam. Berbagai halangan dan rintangan menghadang, salah satu diantaranya adalah masih kuatnya pengaruh Hindu dan Budha pada masyarakat Demak pada waktu itu. Pada akhirnya agama Islam dapat diterima masyarakat melalui pendekatan pendekatan para Wali dengan jalan mengajarkan agama Islam melalui kebudayaan atau adat istiadat yang telah ada.
Setiap tanggal 10 Dzulhijah umat Islam memperingati Hari Raya Idul Adha dengan melaksanakan Sholat Ied dan dilanjutkan dengan penyembelihan hewan qurban. Pada waktu itu dilingkungan Masjid Agung Demak diselenggarakan pula keramaian yang disisipi dengan syiar-syiar keagamaan, sebagai upaya penyebarluasaan agama Islam oleh Wali Sanga. Sampai saati ini kegiatan tersebut masih tetap berlangsung, bahkan ditumbuh kembangkan.

Grebeg besar atau sering disebut Besaran adalah  tradisi kota demak yang sudah ada sejak dulu sampai saat ini. Grebeg Besar Demak merupakan acara budaya tradisional yang menjadi salah satu ciri khas Demak dan merupakan suatu kebanggaan untuk kota Demak. Karena mempunyai tradisi tersendiri yang perlu terus dilestarikan.

Tradisi Grebeg besar ini sangat dinanti oleh Warga Demak maupun sekitarnya. Biasanya akan ada arak-arakan,karnaval kirap budaya dan barongsai yang di mulai dari Pendopo Kabupaten Demak hingga ke Makam Sunan Kalijaga. Acara ini akan ada setiap tahunnya pada hari raya Idul Adha. Pada proses tersebut biasanya warga Demak akan beramai-ramai datang dan semuanya tumpah ruah disana. Hari itu demak akan sangat macet dan menjadi lautan manusia. Bila anda tidak ingin terjebak macet,sebaiknya cari jalan alternatife lain.

Sebulan sebelumnya akan ditandai dengan mulainya dibangun toko atau kios kecil di sepanjang jalan kota demak. Kios tersebut biasanya hanya bersifat sementara,kira-kira satu bulan. Sehingga bahan yang digunakan untuk membuat kios pun terbuat dr kayu atau bambu. Kios ini biasanya banyak menjual barang-barang seperti pakaian, sepatu, makanan, pot /vas-vas bunga, mempamerkan sutu atraksi/pertunjukan atau pertunjukkan unik, mainan, tas, ada pula pasar malam dan permainan yang bisa dinaiki.

Salah satu makanan khas Demak yang dikenal sebagai Kota Waliadalah bakso balungan. Dinamai bakso balungan (tulang) karena bakso yang disajikan tidak melulu hanya bakso, gulungan daging giling yang diberi kuah. Bakso yang satu ini dikompliti dengan potongan tulang-tulang yang masih berbalut irisan daging. Kadang terdapat pula tulang muda yang renyah dimakan.
Bakso balungan ini muncul dari bisnis soto kerbau yang menjadi ciri khas soto di kawasan Demak, Kudus, Pati, dan sekitarnya. Kalau daging kerbau banyak dipakai untuk soto dan rawon, tulangnya dimanfaatkan untuk campuran bakso.
Kenikmatan bakso balungan bukan terletak pada bakso itu sendiri, melainkan cara menikmati dan menggerogoti serpihan daging pada potongan tulang inilah yang mengasyikan sehingga sering kali membuat penikmat bakso ketagihan. Tiap porsi biasanya di hargai Rp 6000, dan tentunya ini sangat menjangkau kantong semua kalangan masyarakat.

Seni kentrung atau kentrungan biasanya dimainkan pada saat hari-hari besar Islam, kawinan, khitanan, atau acara besar lainnya. Kesenian ini dimainkan dengan seperangkat alat musik yang terdiri dari gendang ,rebana, ketipung, serta jidur. Kesenian ini berisikan cerita-cerita para nabi, wali, serta lagu-lagu Islam.
Zapin atau zipin merupakan hasanah tarian rumpun Melayu yang mendapat pengaruh dari Arab. Tarian tradisional ini bersifat edukatif dan sekaligus menghibur, digunakan sebagai media dakwah Islamiyah melalui syair lagu-lagu zapin yang didendangkan dan diiringi alat musik petik gambus dan tiga buah alat musik tabuh gendang kecil yang disebut marwas.
Dahulu zapin hanya ditarikan oleh penari laki-laki namun kini sudah biasa ditarikan oleh penari perempuan bahkan penari campuran laki-laki dengan perempuan.

Kesenian Barong dan Kuda Lumping

Kesenian Barong Demak memang memiliki ke-khas-an tersendiri. Selain dari pakem ceritanya, yang membedakan barong Demak dengan lainnya nampak dari pakaian yang dikenakan.

Barong Demak menceritakan kaum ulama pada saat membuka hutan Glagah Wangi. Pada waktu itu kaum ulama memperoleh perlawanan dari siluman penghuni hutan. Namun akhirnya, siluman itu berhasil dikalahkan dan justru mau diajak bersatu untuk menjadikan hutan sebagai cikal bakal Kerajaan Demak Bintoro.
Sedangkan dari segi pakaian, Barong Demak lebih menonjolkan unsur batik khas pesisiran. Motif batik pesisiran khas Demak yang biasa dipakai para pemain barong meliputi ulam segaran, semangka tegalan dan tiga rangsik. Semua motif itu rata-rata memiliki warna cerah mencolok.
Rebana “ Az-zahro” Demak , Sajikan Qosidah Arabic Modern dan Klasik


Demak – Salah satu seni music tradisional islami yang kini masih digemari khalayak adalah rebana atau orang dulu menyebutnya “ terbangan”. Jika ada perhelatan semacam walimatul Ursyi, Walimatul khitan , dan juga acara-acara lain seni rebana ini ditampilkan untuk menghibur dan memeriahkan acara tersebut.  Oleh karena itu meski sudah ratusan tahun keberadaan seni rebana ini , namun penggemar rebana ini tidak lekang oleh jaman . Bahkan dengan semakin canggihnya peralatan music sekarang namun seni rebana ini tetap bisa menatap perkembangan jaman ke depan.

Salah satu grup rebana classic dan modern yang kini lagi naik daun adalah Grup “ Az-zahro Kota Wali “ dari desa Grogol kecamatan Karangtengah kabupaten Demak . Dengan bermodalkan alat rebana komplit ditambah peralatan music modern seperti gitar, gambus, biola dan juga organ mereka menyajikan hiburan yang cukup memikat diberbagai perhelatan. Selain lantunan sholawat nabi sebagai menu wajib grup ini , juga ditambah lagu-lagu bernuansa arab serta lagu-lagu baru yang dimodifikasi dengan Arabic music. Sehingga penampilan mereka tetap berkesan Islami , namun demikian bagi pemirsa atau penggemar menginginkan lagu yang lain grup ini akan menyesuaikan dengan music yang tetap bernuansa islami.

Rumah Adat Jawa Tengah ( Joglo )

Sejak abad ke 7, banyak terdapat pemerintahan kerajaan yang berdiri di Jawa Tengah, yaitu: Kerajaan Budha Kalingga, Jepara yang diperintah oleh Ratu Sima pada tahun 674. Menurut prasasti Canggah tahun 732, kerajaan Hindu lahir di Medang, Jawa Tengah dengan nama Raja Sanjaya atau Rakai Mataram. Dibawah pemerintahan Rakai Pikatan dari Dinasti Sanjaya, ia membangun Candi Rorojonggrang atau Candi Prambanan. Kerajaan Mataram Budha yang juga lahir di Jawa Tengah selama era pemerintahan Dinasti Syailendra, mereka membangun candi-candi seperi Candi Borobudur, Candi Sewu, Candi Kalasan dll.
Pada abad 16 setelah runtuhnya kerajaan Majapahit Hindu, kerajaan Islam muncul di Demak, sejak itulah Agama Islam disebarkan di Jawa Tengah. Setelah kerajaan Demak runtuh, joko Tingkir anak menantu Raja Demak memindahkan kerajaan Demak ke Pajang. Dan menyatakan diri sebagai Raja Kerajaan Pajang dan bergelar Sultan Adiwijaya. Selama pemerintahannya terjadi kerusuhan dan pemberontakan. Perang yang paling besar adalah antara Sultan Adiwijaya melawan Aryo Penangsang. Sultan Adiwijaya menugaskan Danang Sutowijaya untuk menumpas pemberontakan Aryo Penangsang dan berhasil membunuh Aryo Penangsang. Dikarenakan jasanya yang besar kepada Kerajaan Pajang, Sultan Adiwijaya memberikan hadiah tanah Mataram kepada Sutowijaya. Setelah Pajang runtuh ia menjadi Raja Mataram Islam pertama di Jawa Tengah dan bergelar Panembahan Senopati.
Di pertengahan abad 16 bangsa Portugis dan Spanyol datang ke Indonesia dalam usaha mencari rempah-rempah yang akan diperdagangkan di Eropa. Pada saat yang sama, bangsa Inggris dan kemudian bangsa Belanda datang ke Indonesia juga. Dengan VOC-nya bangsa Belanda menindas bangsa Indonesia termasuk rakyat Jawa Tengah baik dibidang politik maupun ekonomi.
Di awal abad 18 Kerajaan Mataram diperintah oleh Sri Sunan Pakubuwono II, setelah beliau wafat muncul perselisihan diantara keluarga raja yang ingin memilih raja baru. Perselisihan bertambah keruh setelah adanya campur tangan pemerintah Kolonial Belanda pada perselisihan keluarga raja tersebut. Pertikaian ini akhirnya diselesaikan dengan Perjanjian Gianti tahun 1755. Kerajaan Mataram terbagi menjadi dua kerajaan yang lebih kecil yaitu Surakarta Hadiningrat atau Kraton Kasunanan di Surakarta dan Ngayogyakarta Hadiningrat atau Kraton Kasultanan di Yogyakarta.
Sampai sekarang daerah Jawa Tengah secara administratif merupakan sebuah propinsi yang ditetapkan dengan Undang-undang No. 10/1950 tanggal 4 Juli 1950.
Jawa Tengah sebagai salah satu Propinsi di Jawa, letaknya diapit oleh dua Propinsi besar, yaitu Jawa Barat dan Jawa Timur.
Secara administratif Propinsi Jawa Tengah terbagi menjadi 29 Kabupaten dan 6 Kota.
Rumah Adat
Berdasarkan sejarah, perkembangan bentuk rumah tinggal orang jawa dapat dikategorikan menjadi 4 macam yaitu rumah tradisional:
*bentuk Panggangpe
*bentuk Kampung
*bentuk Limasan
*bentuk Joglo
Dibanding bentuk lainnya, rumah bentuk joglo lebih dikenal masyarakat pada umumnya.
Rumah Joglo kebanyakan hanya dimiliki oleh mereka yang mampu. karena rumah joglo butuh bahan lebih banyak dan mahal ketimbang rumah bentuk lain. Masyarakat jawa dulu menganggap bahwa rumah joglo tidak boleh dimiliki oleh sembarang orang, oleh orang kebanyakan, tapi hanya diperkenankan bagi kaum bangsawan, raja, dan pangeran, serta mereka yang terhormat dan terpandang. Namun dewasa ini rumah joglo digunakan pula oleh segenap lapisan masyarakat dan juga untuk berbagai fungsi lain, seperti gedung pertemuan serta perkantoran.
Pada dasarnya rumah bentuk joglo berdenah bujur sangkar, dengan empat pokok tiang di tengah yang di sebut saka guru, dan digunakan blandar bersusun yang di sebut tumpangsari. Bentuk persegi empat ini dalam perkembangannya mengalami perubahan dengan adanya penambahan-penambahan ruang di sisi bangunannya namun tetap merupakan kesatuan bentuk dari denah persegi empat.
Padepokan Jawa Tengah merupakan sebuah bangunan induk istana Mangkunegaran di Surakarta. Rumah penduduk dan keraton di Jawa Tengah umumnya terdiri atas 3 ruangan. Pendopo. Pringgitan, dan Dalem.


2 komentar: